PENGUMUMAN PENTING
CERITA IQ SEASON 1 SUDAH TAMAT.
AKAN TETAPI MOHON KERJA SAMANYA KEPADA PEMBACA
Untuk vote dan komen di setiap part, ramaikan cerita ini. Karena kalau tidak ramai, aku tidak akan melanjutkan season 2nya.Tolong hargai aku ya, aku buat cerita ini kadang revisi berkali-kali garis besarnya tiap tengah malam habis kerjain tugas kuliah.
Hargai dengan pencet vote dan komen di setiap part, mudah bukan? :)
Aku pasti baca dan balas. Karena baca komen bisa bikin aku semangat revisi dan nulis.
Terima kasih untuk pembaca yang bisa diajak bekerja sama. Love segedung IQ Classification <3
Selamat membaca ^^
πππ
Yang kemarin request dipanjangin ini aku udah panjangin jadi 1,5k ya <3
OIYA MAU CERITA
Aku abis UTS MATEMATIKA DASAR, kan. Pengen nangis sumpah:( soalnya lebih susah daripada bikin doi peka:( so soan aja, aslinya udah hiatus percintaan se-tahun lebih wkwkwk, tapi udah move-on ya, yakali saya galau.
Kalau kata temenku UTS hari ini kayak squid game :')KALIAN YANG UTS BELAJAR YA, BIAR GA KESUSAHAN KAYAK AKU TADI.
JANGAN SKS!
SKS bikin nyesek dan nyesel banget!!!Anyway, Harry Reading
Eh, happy reading !!!πππ
"Di mana aku harus mencari rumah yang aman untuk bersandar? Jika yang benar-benar kuanggap rumah selama ini hanyalah sebuah halusinasi belaka yang kuciptakan sendiri?"
IQ (F=m.a)Malam ini, keadaan Xena sudah lumayan membaik, wajah dan tangannya sudah tidak membengkak tinggal sisa warna merah yang masih terlihat jelas. Nawasena mengambil makanan rumah sakit yang telah dibawa pegawai rumah sakit beberapa menit lalu.
"Aku mau nawarin, mau disuapin enggak? Apa mau sendiri?" tawar Nawasena yang kini duduk di samping brankar yang ditiduri Xena, Nawasena mulai membantu Xena untuk duduk dan menyenderkan kepalanya ke tembok yang sudah terhalang oleh bantal empuk.
"Mau disuapin, tangan aku masih lemes, Naw."
Nawasena tersenyum, mengelus puncak rambut Xena sebelum membuka plastik wrap yang menutupi makanan agar tetap steril. Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka, menampakkan Lopika yang membawa totebag berlogo makanan yang sering pria itu beli.
"Makan ini, Na," pinta Lopika, beliau meletakkan totebag berisi macam-macam tahu yang telah masak di meja makan yang telah di set di atas kasur Xena.
Nawasena terkejut bukan main, berbeda dengan Xena yang terlihat biasa saja. Nawasena menatap Xena, sedangkan yang ditatap hanya diam saja.
"Om, ini Xena makan yang disediakan di rumah sakit saja, ya? Nanti tahu nya Nawasena yang makan, boleh Om?" tanya Nawasena.
"Biarkan Xena makan tahunya juga, Nawasena. Xena harus makan tahu."
Nawasena menarik napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya, mengingat Lopika adalah ayah kandung Xena.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
أدب المراهقين[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...