Untuk part 26-50an nanti kayaknya bakal kurang lebih 1500 kata setiap part, soalnya harus banyak PR adegan yang wajib dicantumin. Ternyata benar-benar banyak, kukira gak akan sebanyak itu PR aku di sini WKWKWK.
JANGAN LUPA KOMEN WOOOIIIII
SEMANGAT KOMEN DAN BACA
INI AKU NULIS 1679 WORDS
SEMOGA PUAS yaaa.
...Ok, let's get it!
πππ
"Bukan tentang siapa yang paling pintar. Akan tetapi, tentang siapa yang berusaha dan berdoa lebih kencang."
IQ (F=m.a)Zenobia menggenggam erat tangan dingin yang dihiasi infusan setiap hari. Di jari tangan itu terdapat cincin yang pernah Zenobia belikan. Jujur, Zenobia rindu merasakan kebahagiaan yang sudah lama tak lagi dia rasakan. Mungkin, memang ini adalah karma yang harus dia lalui. Akan tetapi, Zenobia sama sekali tak mengharapkan hal ini terjadi dua kali.
"Kak, jangan pergi ninggalin Zenobia."
Perempuan yang sedang terbaring lemah di bangsal ruangan ini adalah kakak perempuan kandung Zenobia yang lebih tua tiga tahun, dia mengidap penyakit Thalasemia. Sejak tahun lalu, Zenobia hidup berdua dengan kakaknya. Bunda dan ayahnya sudah tiada karena bencana gempa bumi satu tahun lalu.
"Kak, kita sedosa itu ya sama Utkarsa?"
"Sampai kita kesusahan segininya?"
"Apa rasa sakit Utkarsa waktu itu lebih dari yang aku rasain sekarang?"
"Kak, aku harus minta tolong ke siapa?"
"Besok aku jual rumah sama mobil Ayah, ya, Kak?"
"Besok aku kerja lebih keras, tapi Kakak harus bangun, ya?"
Zenobia menjatuhkan air matanya, sewaktu ucapannya pada Utkarsa tiga tahun lalu kembali terdengar diingatannya. "Kamu itu yatim piatu, kamu ga berhak disayang bunda sama ayah aku." Itu ucapan yang pernah Zenobia lontarkan pada Utkarsa di pertemuan pertama mereka.
Dan sekarang, Zenobia juga seorang yatim piatu.
Zenobia benar-benar menyesali ucapannya waktu itu, sampai sekarang. Sampai di waktu dia merasakan apa yang Utkarsa rasakan. Seharusnya Zenobia tidak berkata seperti itu ketika Zenobia tidak bisa memahami perasaan seseorang.
"Ze."
Panggilan seseorang yang berada di ambang pintu itu membuat Zenobia menghapus jejak air matanya yang tadi mengalir deras. Setelahnya, Zenobia keluar dari ruangan, menemui Utkarsa yang tiba-tiba datang.
"Makan dulu, baru nangis lagi."
Utkarsa menyerahkan sebungkus siomay dan juga sebotol air mineral, lalu dia duduk di kursi koridor rumah sakit. Diikuti Zenobia yang duduk di sebelahnya dan langsung melahap siomay yang diberi Utkarsa.
"Makasih lagi, Karsa."
"Tidak usah berterima kasih. Dulu, kalian juga memberi saya makan," sahut Utkatsa yang setelahnya kembali sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...