PENGUMUMAN PENTING
CERITA IQ SEASON 1 SUDAH TAMAT.
AKAN TETAPI MOHON KERJA SAMANYA KEPADA PEMBACA
Untuk vote dan komen di setiap part, ramaikan cerita ini. Karena kalau tidak ramai, aku tidak akan melanjutkan season 2nya.Tolong hargai aku ya, aku buat cerita ini kadang revisi berkali-kali garis besarnya tiap tengah malam habis kerjain tugas kuliah.
Hargai dengan pencet vote dan komen di setiap part, mudah bukan? :)
Aku pasti baca dan balas. Karena baca komen bisa bikin aku semangat revisi dan nulis.
Terima kasih untuk pembaca yang bisa diajak bekerja sama. Love segedung IQ Classification <3
Selamat membaca ^^
πππ
⚠️Vote dan komen sangat dibutuhkan ⚠️
Selamat membaca.
-dari, jodoh choitaehun"Hasil itu memang penting, apalagi jika seseorang sudah berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, ada hal yang lebih penting ; menerima setiap hasil yang didapatkan, dan tetap bangga pada diri sendiri yang sudah berusaha selama ini."
IQ (F=m.a)"Kamu sudah dengar? Tentang IQ Classification tahun ini," buka Utkarsa sesampainya mereka di tepi pantai. Keduanya saling menatap satu sama lain. Bora mendengus, dia tidak pernah siap menghadapi IQ Classification setiap tahunnya.
"Gatau, gue gak update berita tentang itu. Lo mah pinter, pasti nantiin banget sampe update beritanya. Gue beda sama lo, Sa, gue justru takut."
Utkarsa terkekeh. Kekehan yang membuat Bora justru kesal dibuatnya. Terlihat Utkarsa mengangkat kameranya hingga tepat di depan wajahnya. Matanya fokus menatap kamera dan mulai membidik sebuah potret langit yang indah.
"Awannya teduh ya," celetuk Utkarsa.
"Hmm."
Bora hanya berdehem saja. Masih kesal dengan respon Utkarsa. Bora kira lelaki satu ini bisa peka. Ternyata tidak. Ah, suruh siapa berharap lebih. Suruh siapa juga mengeluh kepada seseorang yang tidak pernah merasakan apa yang kamu rasakan, Bora. Sadar, bukan salah Utkarsa sepenuhnya. Salah harapan kamu juga!
"Awan awalnya berupa ketiadaan, Princess. Akan tetapi dia berusaha untuk membentuk dam memunculkan dirinya perlahan. Dan untuk membentuk dirinya, dia harus berproses lebih dulu hingga menjadi besar dan berisi."
"Sama kayak manusia. Begitupula kamu, dan juga saya. Kita tidak beda. Saya hanya memulai lebih dulu dan dianugrahi kepintaran yang lebih saja." Utkarsa membalikkan tubuhnya ke kanan, menghadap Bora yang mendongkakkan kepalanya, menatap awan-awan yang bergerak pelan.
"Kamu sudah membentuk dirimu dalam jangka waktu yang lama, kamu sudah berusaha setiap waktu. Saya yakin, IQ mu sudah meningkat pesat. Jadi, tidak perlu takut. Yang ada kalau kamu takut, nanti mempengaruhi hasil tes nanti."
Bora mendengarkan perkataan Utkarsa dalam-dalam seraya menatap awan-awan yang benar kata Utkarsa, meneduhkan. Utkarsa tersenyum sewaktu Bora beralih menatapnya. Bora menatap bola mata Utkarsa, yang lebih meneduhkan dibanding awan, baginya.
"Sa, jangan gini terus, ya?"
"Bagaimana maksudnya?"
"Jangan numbuhin keteduhan ke orang yang enggak bisa neduhin hidup lo balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...