"Setiap manusia memiliki masalahnya masing-masing. Jangan terlalu mencampuri permasalahan orang lain. Kecuali dia meminta tolong. Sebab, lihatlah dirimu sendiri yang diselubungi masalah setiap hari."
IQ (F=m.a)Gatra Olympics selesai setelah empat hari berjalan lancar, dan kabar baiknya Nawasena tetap mempertahankan mendali emas di hidang bulu tangkis, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tiga hari setelah Gatra Olympics adalah hari-hari padat para siswa yang mengikuti Gatra Olympics untuk mengejar ketertinggalannya selama sebulan.
Bayangkan, satu bulan materi dengan sepuluh lebih mata pelajaran harus ditumpuk menjadi tiga hari. Seusai tiga hari penuh saling kejar-kejaran materi, seluruh siswa Gatra Indonesia menjalani ujian akhir semester satu yang diadakan selama delapan hari, kecuali weekend tentunya.
Delapan hari berlalu, selama itu semuanya memiliki ambisi yang tinggi, tidak ingin kalah. Apalagi, bagi kelas akhir ... semester ini adalah semester terakhir sebelum mengikuti seleksi perguruan tinggi jalur undangan dengan nilai rapor. Salah satunya Bora.
Gadis itu tetap mempersiapkan semaksimal mungkin agar nilai semester kali ini lebih bagus dibanding semester lalu. Meskipun dia tahu, dia tidak akan masuk ke dalam daftar eligible sehingga tidak dapat mengikuti seleksi melalui jalur rapor, mengingat dia duduk di kelas IPA 1.
Beberapa minggu kosong digunakan untuk healing bersama-sama bagi kelas sepuluh dan sebelas. Sedangkan kelas dua belas tetap saja belajar, bimbel bersama guru untuk persiapan ujian tulis seleksi perguruan tinggi nanti.
Sampai di hari ini, hari yang membuat adrenalin seluruh siswa menaik drastis. Karena hari ini adalah pembagian rapor semester satu, dan juga pengumuman libur setahun, katanya dari bulan Desember sampai Januari.
Untuk pertama kalinya, Bora membawa wali di keluarga aslinya, Ekadanta. Jadi, Bora sangat mengharapkan kalau hari ini dia akan mendapat kabar baik, tentunya untuk menyenangkan hati Ekadanta yang hadir mengambil rapornya.
"Papi," panggil Bora setelah Ekadanta duduk di bangku kelasnya.
"Kenapa, tuan putri?"
"Kalau Bora enggak dapat peringkat, enggak papa ya, Pi?" tanya Bora hati-hati.
"Iya, tidak apa-apa, enggak harus dapat peringkat, yang penting kamu masih nemenin Papi di bumi, Sayang."
Panas. Mata Bora panas saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ekadanta barusan. Satu hal, menahan tangis di depan orang tua ternyata perih juga rasanya. Sesak, lebih sesak ketika dimainkan perasaanya oleh Utkarsa.
"Bora ke aula utama, ya, Pi. Nanti kalau udah selesai, kabarin Bora."
"Iya, cantiknya Papi."
πππ
Seluruh siswa kini sudah berada di aula utama. Akan ada pengumuman peringkat paralel. Iya, sistemnya peringkat perkelas dan rapor akan di bagikan oleh wali kelas kepada wali murid di kelas masing. Sedangkan siswa dikumpulkan di aula utama untuk mendengar pengumuman peringkat paralel per angkatan yang diumumkan langsung oleh kepala sekolah.
"Xena, nanti traktir jangan lupa," kata Bora tiba-tiba.
"Siap, nanti makan-makan bertiga."
"Lo juga Naw, kalau kali ini lo bisa peringkat satu harus traktir yang banyak, pokoknya!" tambah Bora pada Nawasena yang tadi fokus ke ponselnya.
"Gue? Rangking satu? Gak mungkin kayaknya."
"Sejak kapan kamu pesimis, Naw?" tanya Xena penuh keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...