Permintaan keras yang harus dilaksanakan, akan terasa menyiksa bila dilakukan terus-menerus tanpa jeda. Jadi, jangan menuntut diri setiap saat, tolong beri sedikit jeda. Agar, dirimu tidak tersiksa lebih banyak.
IQ (F=m.a)Malam ini adalah malam yang sepertinya akan menjadi malam panjang bagi sepasang manusia yang sedang merayakan sebuah kesuksesan. Si gadis yang tetap meraih juara satu jurusan ilmu pengetahuan alam dan si pria yang meraih juara dua jurusan ilmu pengetahuan sosial. Siapa lagi kalau bukan Xena dan Nawasena.
Seperti biasa, Nawasena menjemput Xena di rumah gadis kesayangannya. Dan seperti biasa jika Lopika ada di dalam rumah, Nawasena akan sedikit berbincang dengan beliau seraya menunggu Xena.
"Om, nanti mau nitip makanan, enggak?" tanya Nawasena, pertanyaan yang selalu Nawasena berikan pada Lopika setiap kali ingin mengajak Xena keluar.
"Seperti biasa saja, Naw."
Nawasena mengangguk. Sejujurnya, meski sudah mengenal Lopika bertahun-tahun, Nawasena masih saja merasa sedikit canggung. "Om, enggak bosen nitip tahu?" tanya Nawasena.
"Tidak. Karena saya suka, jadi tidak bosan. Kenapa memang, Naw?"
Nawasena tersenyum kaku, "Gapapa Om. Cuma nanya, siapa tau bosen gitu, hehe."
Xena berjalan turun dari tangga dengan dress panjang melebihi lutut. Xena tersenyum tipis, meski tipis, tetap saja terlihat manis di mata Nawasena yang kini sudah berdiri dan menyalami tangan Lopika.
"Kita berdua jalan dulu, ya, Om."
Setelah keluar dari dalam rumah, Nawasena merangkul pinggang Xena. "Na, kangen."
"Gak usah alay, Naw. Sumpah."
"Malem-malem gini ke alun-alun, enak kali ya, Na?"
Xena menganggukkan kepalanya singkat. "Iya, banyak makanan terus ada festival kesenian gitu malem ini aku denger dari Bora."
Setelah mengobrol sebentar, keduanya masuk ke dalam mobil milik Nawasena. Di dalam, Xena memukul lengan Nawasena kala melihat setumpuk permen Hot-Hot Pop dan Split di jok belakang.
"Aduh, Na, kok dipukul sih?"
"Kamu! Aku udah bilang jangan makan permen banyak-banyak. Maximal tiga kali sehari. Ini kenapa nyetok segunung gini di mobil? Aku tanya, kamu mau kena diabetes, Naw?" cerocos Xena tak henti, diakhiri oleh decakan kecil dari bibirnya.
"Maaf-maaf ih, jangan ngambek Na. Nanti aku kasih permennya ke anak-anak di jalan deh."
"Naaaaa."
"Naaaa, jangan ngambek, belum juga jalan," rengek Nawasena.
"Yaudah, jalan tinggal jalan."
"Yaudah, ambilin permennya buat dibagiin. Aku ga bisa sambil nyetir dong."
Xena mendengus. Badannya menghadap ke belakang, mengambil rentengan permen yang sangat banyak ke dalam pangkuannya. Tak berselang lama, tangan Xena terhenti sebab setelah melihat ada keranjang berisi anjing kecil di dalamnya.
Nawasena tersenyum lebar. "Hadiah buat kamu. Suka banget kan pasti. Sama-sama Nana sayang."
Xena menatap Nawasena sejenak sebelum akhirnya mencium singkat bibir Nawasena yang tersenyum. "Na, serius?" tanya Nawasena yang mimik wajah kebingungan.
"Apanya?"
"Ciumannya. Kamu yang pertama kali nyium aku, Na, selama kita pacaran."
Xena meringis, Xena baru sadar juga kalau dia telah mencium Nawasena. Ciuman pertama setelah bertahun-tahun bersama. "Maaf-maaf. Kelepasan tadi. Abis kamu senyum-senyum, ganteng banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...