PENGUMUMAN PENTING
CERITA IQ SEASON 1 SUDAH TAMAT.
AKAN TETAPI MOHON KERJA SAMANYA KEPADA PEMBACA
Untuk vote dan komen di setiap part, ramaikan cerita ini. Karena kalau tidak ramai, aku tidak akan melanjutkan season 2nya.Tolong hargai aku ya, aku buat cerita ini kadang revisi berkali-kali garis besarnya tiap tengah malam habis kerjain tugas kuliah.
Hargai dengan pencet vote dan komen di setiap part, mudah bukan? :)
Aku pasti baca dan balas. Karena baca komen bisa bikin aku semangat revisi dan nulis.
Terima kasih untuk pembaca yang bisa diajak bekerja sama. Love segedung IQ Classification <3
Selamat membaca ^^
πππ
Manusia yang sekarang punya segudang bakat itu dulunya manusia yang mati-matian mengasah kemampuan agar berbakat. Jadi, kalau insecure, mulai asah kemampuannya agar bisa berbakat seperti mereka.
IQ (F= m. a)Utkarsa kini sedang berada di ruang belajar keluarga Nakula yang sangat luas, seperti perpustakaan sekolah saja. Banyak rak-rak buku yang terisi penuh dan meja besar di tengah-tengahnya. Belum lagi ada deretan komputer di sana.
Bora terlihat sedang mengeringkan wajahnya yang basah dengan tisu. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk meski sudah cuci muka itu berjalan duduk di samping Utkarsa yang lagi-lagi tersenyum hangat.
"Masih ngantuk, Sa," keluh Bora.
Meski mengeluh, wanita itu tetap mengambil buku paket Matematika dan membuka halaman yang ditandainya sendiri semalam sebelum tidur.
"Lihat Matematika, langsung seger, ya, Ra?"
Bora menggeleng. Matanya kini memang sudah terbuka lebar. "Memaksakan diri aja, daripada kalah lawan setan."
Sekarang jam menunjukkan pukul 2.30, ah Utkarsa benar-benar datang ke rumah Bora saat gadis itu tidak mengangkat teleponnya dua puluh kali.
"Saya baru sadar kalau kamu Albino, Ra. Di sekolah beda banget."
Bora mengganguk. "Iya, disekolah gue pake softlens, pake maskara item buat nutupin bulu mata sama alis gue yang serba putih."
"Saya jadi penasaran kalau kamu enggak ngecat rambut kamu jadi warna coklat gelap."
"Nggak usah penasaran. Cuma sebentar doang kalau penasaran. Nggak seru, Sa."
"Pantes kulit kamu putih banget, Ra," ucap Utkarsa, sedikit mengalihkan pembicaraan.
"Ya, masa Albino warna blueberry."
Utkarsa terkekeh. Bukan hanya karena lelucon Bora. Akan tetapi juga tingkah Bora yang sekarang justru mulai mengambil pulpen dan mengerjakan satu soal. Utkarsa suka. Suka bagaimana gadis di depannya berusaha.
"Gini, ya, Sa? Tinggal grafik x kuadrat pangkat 3 tapi turun ke sumbu x di -3?" tanya Bora seusai mengerjakan satu soal.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQ (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, bagi ketiga keluarga dengan IQ tertinggi di Indonesia. Mereka selalu menempati posisi teratas dalam a...