*Sang aktor

7 3 2
                                    

El atau yang kini tengah disebut Nola sangat mudah teralihkan jika pria tampan yang harus ia hadapi. Pernah tertipu dengan sisi Keil yang belum pernah ia jumpai, membuat Keil semakin ingin menghindarkan perempuan itu dari misi yang ada hubungannya dengan pria berwajah tampan.

Daniel seorang aktor laga. Tentu dia akan menjaga penampilannya untuk terlihat sempurna karena ia tak ingin mengecewakan penggemarnya. Kini sang aktor menjadi target selanjutnya, tanpa pikir panjang Keil tak ingin menyertakan Nola kali ini.

"Tapi King mengutus kita berdua, Keil." Protes Nola saat larangan itu ia terima.

"Aku bisa membereskannya sendiri. Jangan Kau jadikan perintah King untuk mangkir dari sekolahmu. Aku juga tau betul bagaimana buruknya Kau saat pria setampan dia yang akan menjadi targetnya."

"Sekolah, sekolah, sekolah lagi yang Kau bahas. Aku bukan seorang murid sungguhan. Tak bisakah Kau berhenti mengungkitnya disaat seperti ini. Itu sangat memuakkan, aku juga butuh hiburan."

Perdebatan terjeda saat lonceng pintu masuk berbunyi, Thomas membungkuk hormat sebelum ia memasuki cafe.

"Ah, aku ada urusan. Kurasa saatnya aku harus kembali." Troy menyentuh lembut pundak Nola yang emosinya seperti akan meledak. "Bertahanlah sejenak," lirih Troy lembut sambil berlalu. Pria berbaju formal itu mengangguk singkat menyapa Thomas dengan senyum hangat saat berpapasan.

"Pagi sekali Kau datang?" tanya Keil pada Thomas yang mulai memasuki pantry.

"Aku ada keperluan sejenak di dekat sini. Jadi kemari sekalian untuk minum dan sarapan. Apa aku boleh melakukannya?" tanya Thomas hati-hati.

"Tentu. Kau bisa membuatnya dua porsi." Sahut Nola dengan senyum lebar karena rasa laparnya akan terpadam tanpa harus bertindak.

Keil hanya menghela napas panjang menyaksikan perempuan di hadapannya cepat sekali merubah moodnya.

"Ini sudah jam berapa? Pergilah mandi selagi dia membuat sarapan keduamu." Perintah Keil pada Nola yang tengah berbinar. "Kau akan terlambat." Imbuh pria itu.

"Siap, Pak!" Nola beranjak dari duduknya dan memberi hormat pada Keil. Ia tersenyum sangat lebar menyaksikan kekecewaan Keil pada piring di hadapannya. Hanya tersisa noda dan sepasang alat makan.

~~

Bel jam istirahat berbunyi nyaring, Nola melesat meninggalkan ruang kelas. Menyumpal kedua telinga dengan earphone dan menjauh dari keramaian. Menyalakan musik dengan volume sedang dan berselancar di dunia maya.

Menggali lebih dalam siapa sosok Daniel menurut beberapa artikel yang tersebar di internet. Sebuah ide muncul di kepalanya saat membaca sebuah artikel tentang si aktor laga.

Senyum semringah tergambar jelas di bibir mungilnya. Tepukan lembut di bahu membuyarkan fokus pada ide di kepalanya. Senyum hangat Yosi harus ia balas dengan senyum yang hangat pula. Sebelah earphone ia lepas dan mematikan musik yang terputar.

"Kau penggemar berat Daniel?" tanya Yosi menyadari layar ponsel Nola yang menampilkan artikel tentang sang aktor laga, Daniel.

"Aku hanya penasaran dengannya. Kurasa dia sedikit menghebohkan akhir-akhir ini." Terang Nola dengan samar.

"Sang penyelamat lingkungan hidup, menentang keras pembangunan perumahan elit yang banyak memakan kawasan hijau di sebuah pinggiran kota. Keren sekali." Yosi mengacungkan kedua ibu jarinya setelah duduk di samping Nola.

"Begitukah pandanganmu terhadapnya?" tanya Nola tak percaya.

"Ya." Jawab Yosi singkat.

Nola tersenyum dan memandang Yosi dengan gemas. "Tapi, Kau lebih keren dari pada dia," seloroh Nola dengan lembut.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang