Manis

7 3 3
                                    

"Kau tetap ke sekolah hari ini!" tegas Keil pada Nola yang masih mengumpulkan nyawa pagi itu dari balik selimut.

"Baiklah. Lima menit lagi." Jawab El dengan kembali menelungkupkan diri di bawah selimut setelah menyibaknya singkat.

"Nola." Nada Keil meninggi tak ingin perempuan itu banyak membuang waktu karena matahari juga sudah meninggi.

"Baiklah." Nola bangkit dan menghentak-hentakkan kakinya kesal di atas kasur.

Lima belas menit kemudian perempuan itu berlari ke arah mobil yang sudah menyala klaksonnya berkali-kali.

Penampilannya jauh dari kata rapi. Atasannya masih tak terkancing sempurna hingga tank topnya masih terlihat. Sebelah tangannya menenteng ransel merah menyala sembarangan. Rambut masih acak-acakan dan bibir mungilnya tersumpal roti.

Perempuan itu memasuki mobil dengan tersenyum bodoh pada Keil yang melotot padanya. "Aku akan merapikannya di jalan."

Keil mendengkus sebal mulai mengemudikan mobilnya. Matanya awas pada jalan sembari melirik dan berdecak heran, perempuan di sampingnya tengah sibuk dengan penampilannya.

Selesai sudah Nola membereskan penampilannya, tepat hingga kendaraan terparkir di depan pintu gerbang.

"Pulang sekolah langsung pulang, jangan kemana-mana. Aku yakin orang-orang Queen Jess ada yang memata-matai mu." Ucap Keil menghentikan Nola yang akan turun dari mobil.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau akan membereskan sisanya sendiri?" lirih Nola.

"Tentu saja tidak. Aku juga tetap berada di cafe, melayani pelanggan. Semua sudah bergerak sesuai instruksi King. Aku sudah mengirim datanya semalam lewat surel."

Nola manggut-manggut dan bersiap beranjak. Langkahnya kembali terhenti mendengar Keil yang mengetukkan jari pada kemudi. Tulunjuknya kemudian menunjuk pemandangan di depan gerbang. Yosi berbinar menanti Nola yang sudah nampak kehadirannya. Nola tersenyum kaku melihatnya.

"Jangan main-main. Ingat kita sudah berada di ujung misi. Kau akan melukainya banyak jika tak mundur dari sekarang."

Nola hanya mengedipkan mata lembut dan mengacungkan ibu jari yang ia satukan dengan telunjuk membentuk O.

Ia beranjak dan menghampiri Yosi antusias. Setelah Nola menghilang dari pandangannya, Keil mengemudikan kembali mobilnya.

Berita menghilangnya Tesla menggemparkan lingkungan sekolah. Tak biasanya gadis itu pergi tanpa meninggalkan kabar walaupun pada salah satu teman sekolahnya. Tak ada tanda-tanda juga akan kepergiannya maupun keberadaannya.

Yosi yang mendengar bisik-bisik para murid itu menatap heran Nola yang berjalan santai di sampingnya dan berbisik. "Kau tak mengetahui tentang gadis itu?" Nola hanya menggedikkan bahu.

"Kalian terlihat dekat belakangan ini. Apa sungguh tak ada satu infopun yang Kau punya?" selidik Yosi lebih lanjut.

Nola hanya menggeleng dan melengkungkan bibir ke bawah.

*

"Apa? Pertemuan wali murid?" Nola membelalakkan matanya merasa tak mengetahui informasi sepenting itu. "Dan hari ini?" tegas perempuan itu.

Yosi mengangguk, "Apa Kau tak membaca pesan di grub?" Nola menggeleng dan menyambar ponselnya. Ia terlalu malas menyimak grub yang berisi bocah-bocah ingusan. Hanya ada satu yang sefrekuensi dengannya itu saja hanya ada Tania, sang wali kelas.

Nola melakukan panggilan pada Keil dengan segera tak ingin pria itu datang terlambat. Kesal sudah pasti, pria itu pasti akan banyak memberinya petuah panjang lebar karena keteledorannya dalam bersosialisasi dalam sekolahnya.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang