Fingger heart

9 3 4
                                        

Hembusan angin disela kegiatan Nola yang sibuk menulis ulang jawaban Yosi pada setiap tugas sekolah mereka, meniup helaian-helaian rambut perempuan mungil itu tanpa permisi. Entah sudah berapa lama bocah laki-laki itu tersenyum mengagumi pemandangan di hadapannya tanpa berpaling.

Wajah yang tergelitik oleh helaian rambut menimbulkan rasa gatal mengganggu konsentrasi Nola. Ia celingukan mencari ikat rambut untuk segera membereskan gangguannya. Perempuan itu merasa sempat meletakkan benda elastis untuk mengikat rambutnya tadi di sampingnya. Namun, tak jua ia menemukan. Tangannya mulai mengangkat ringan beberapa buku untuk memeriksa apakah benda itu berada di tengah tumpukan buku yang berserakan di atas meja.

Yosi yang menyadari hal tersebut lantas menanyakan apa yang perempuan itu tengah cari. "Kau mencari sesuatu?"

"Ikat rambutku. Perasaan tadi ku letakkan di sini."

"Apa Kau tak melihatnya?" tanya Yosi dengan wajah pura-pura ikut kebingungan.

"Kau melihatnya?" tanya Nola dengan menatap Yosi dengan penasaran.

"Ya," Yosi tersenyum semringah menjawabnya, kemudian mengangkat telapak tangan menghalangi sedikit pandangan Nola. Sedetik kemudian dia menarik telapaknya dan memperlihatkan sesuatu pada Nola dan sukses membuat perempuan itu tersenyum penuh haru.

Nola menutup bibirnya dengan tangan melihat Yosi mempermainkan ikat rambutnya. Bocah laki-laki itu menarik salah satu ujungnya kedalam dan keluar pada ujung yang lain membentuk gambaran hati. Perempuan dewasa itu berpura-pura tersentuh dengan apa yang bocah di hadapannya lakukan. Apa yang Yosi lakukan kali ini itu cukup membuatnya dapat melupakan segala bebannya.

Keduanya akhirnya saling tersenyum sipu tanpa mengetahui ada sepasang mata di balik kaca bening yang tengah mengawasinya.

Hembusan angin kembali menggoda Nola, kali ini lembar kerjanya terbang membawanya hingga ke tanah. Berniat akan membantu memungutnya, sebuah insiden tak terduga membuat hati bocah laki-laki itu berdesir cukup hebat. Seakan waktu terhenti saat tangannya bersentuhan langsung dengan kulit putih Nola. Wajahnya berjarak hanya beberapa senti hingga aroma citrus Nola dengan mulusnya memasuki hidung dan membuat Yosi melayang.

Jarak semakin dekat saat Yosi mulai terbawa suasana, menatap lembut kedua mata Nola yang bening dan meneduhkan. Bibir mungilnya memanggil untuk segera ia kecup. Saat jarak semakin mendekat sesuatu yang cukup dingin menempel di pipinya yang mulai memerah menghancurkan momen penuh romantis itu.

Keil menatap Yosi tajam. Pria itu memeriksa apa yang tengah terjadi dengan tatapan mematikan tanpa melepaskan jus jeruk yang ia tempelkan di pipi Yosi.

Nola hanya menatap tak percaya apa yang ada di hadapannya. Pria itu kembali berulah, seolah momen manis semacam itu tak boleh terjadi pada Nola yang kini memasuki masa remaja walau sebenarnya ia lebih dari cukup umur. Perempuan itu tak boleh berciuman.

Setelah adegan romantia itu, selama mengerjakan tugas atau lebih tepatnya Nola menyalin semua jawaban dari tugas Yosi. Keil tak berpaling memperhatikan apa yang mereka berdua lakukan ditengah kegiatannya melayani pelanggan.

Semua usai setelah Yosi melambai pada Nola saat berpamitan pulang setelah semua tugas beres. Nola berkacak pinggang menahan amarah menghampiri Keil yang tengah menikmati kopinya.

"Apa yang Kau lakukan seharian ini sungguh sangat menyebalkan. Kedua matamu hampir melompat dari kelopaknya. Apa Kau tak menyadarinya?" sembur Nola pada Keil yang tengah menyeruput kopinya.

Keil hanya menatap datar Nola yang meradang, ia bangkit dan berlalu menuju lantai atas tak nyaman mendapat protes keras dari seorang perempuan di bawah pengawasan Tomas yang cekikikan menyaksikan semua.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang