Rumah mungil bercat hijau daun terlihat sangat nyaman saat sinar matahari menelusup di sela jendela. Halaman depan nampak lebih asri dengan aneka bunga yang kini tengah mekar. Titik titik air sisa hujan semalam semakin membuat segar siapa saja yang memandang.
Nola merentangkan kedua tangannya setelah keluar dari mobil. Merenggangkan otot, menghirup udara kuat-kuat dan menghembuskannya perlahan. Matanya terpejam senyumnya merekah.
Keil hanya menghembuskan napas pendek menyaksikan perempuan itu. Ia beralih menatap gadis lain yang turun dari mobil dengan menatap bangunan mungil itu dengan penuh tanda tanya.
Keil menghampiri Tesla dan menepuk lembut pundaknya, tersenyum hangat di balik kaca matanya. Gadis itu hanya bisa tersenyum membalasnya.
Ketiganya memasuki rumah mungil itu, sambutan hangat mereka terima dari seorang wanita paruh baya.
"Bagaimana kabarmu, Bi Ana?" Keil memeluk hangat wanita paruh baya itu.
"Seperti yang Kau lihat, Aku baik-baik saja." Wanita itu membalas pelukan Keil tak kalah hangatnya. Seolah tengah melepas rindu yang teramat mendalam.
Puas saling berpelukan dan memberi salam, Keil mulai memperkenalkan siapa saja yang ia bawa serta kali ini. Nola mengulurkan tangannya antusias dengan tersenyum lebar setelah Keil menyebutkan nama dan statusnya.
Lain dengan Tesla yang menjabat tangan wanita paruh baya itu dengan setengah hati. Namun, Bi Ana tetap tersenyum lebar menanggapinya.
"Keil menyentuh lembut pundak Tesla dan tersenyum. " Dia lah yang akan merawatmu untuk sementara waktu. Kau tak perlu khawatir, dia sudah ahlinya." Tesla mengangguk ragu.
"Maaf aku merepotkanmu kembali, Bi Ana." Ucap Keil dengan nada berat.
"Tak masalah. Mengingat bagaimana selama ini Kau memperlakukanku. Ini tak seberapa. Sarapan sudah siap, Aku memasak banyak menu kali ini. Kita makan dulu sebaiknya."
Nola menggelayut di lengan Bi Ana tanpa permisi. Menuntun wanita paruh baya itu untuk menuju meja makan yang ia sendiri tak tau letaknya. "Kau benar-benar ahli ya. Tau saja di jam-jam seperti ini adalah jam-jam lapar." Ucap perempuan itu penuh antusias.
Keil hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Perempuan itu sangat bersemangat jika makanan yang harus ia hadapi tanpa mengenal di mana dan dengan siapa dia berurusan.
Kedua tangan Nola kini sibuk dengan sajian ayam berbumbu pedas. Ketiga orang lainnya makan dengan tenangnya. Hanya perempuan itu yang terdengar sangat heboh. Berkali-kali pujian terlontarkan dari bibir mungilnya yang sibuk mengunyah. Bi Ana hanya tersenyum simpul tiap kali mendengar pujian dari Nola.
Hembusan angin dari jendela cukup menghempaskan helaian rambut Nola hingga mengganggu proses makan perempuan itu. Keil di sebelahnya juga terganggu melihat perempuan di sampingnya menyingkirkan helaian rambut dengan punggung tangannya.
Keil meletakkan garpu dan sendoknya beralih memeriksa setiap kantong pada celana Nola tanpa bertanya letak benda elastis berwana hitam yang sempat ia lihat terikat pada rambut Nola saat dalam perjalanan. Benda itu kini tertangkap jemari kekar Keil. Pria itu dengan sigap meraup habis helaian rambut Nola menyatukannya dengan rapi setelah memperbaiki berkali-kali agar terikat sempurna.
Tanpa mereka sadari, pandangan Tesla kini berfokus pada momen itu. Tak pernah sekalipun ia merasa seakrab itu dengan anggota keluarganya. Kedekatan mereka, Tesla rasa hanya sebatas formalitas sebagai sesama anggota keluarga. Tesla terkesima dengan perlakuan Keil terhadap Nola yang ia yakini sebagai kakaknya.
Lain halnya dengan pandangan Bi Ana yang hanya tersenyum simpul menyaksikan situasi itu.
Penuh sudah perut kecil Nola, hingga perasaan aneh timbul pada perutnya sebagai alarm. Ada yang harus ia buang saat itu juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
ActionLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...