El melipat tangannya di dada dengan wajah yang sangat kesal, ia siap melahap siapapun jika ada yang mengganggunya. Namun, Kei tetap berfokus pada kemudi tak acuh.
"Tak satupun melesat mengarah pada mereka, Kau membereskannya tanpa satu pun tersisa. Itu sangat menjengkelkan. Seharusnya Kau tak mengajakku, Kau bisa pergi sendiri saja." Gerutu El dengan berapi-api.
"Kau itu sangat membingungkan, diajak kesal, tak diajak marah. Lantas aku harus bagaimana?" protes Kei dengan masih fokus pada jalanan.
Tak ada jawaban dari El kembali. Dia hanya membuang pandangannya keluar jendela dengan perasaan kesal. Baginya akan sangat percuma berdebat hanya karena hal yang sudah terjadi. Itu tak akan merubah apapun.
Bertarung dengan menggunakan kemampuan menembak dari jarak jauh memanglah keahliannya. Namun, malam ini tak satupun peluru yang melesat pada tubuh sang musuh dari bidikannya. Kei membereskan puluhan preman pasar itu dengan mudah seorang diri dengan ototnya.
-
Saat mendengar ancaman dari sang pemimpin perusuh pasar, Kei bangkit dari duduknya dengan santai memandang satu persatu orang-orang yang bersiap menghajarnya. Balok kayu dan tongkat besi di genggam erat oleh para perusuh satu-satu.
Tak butuh waktu lama mereka semua maju siap menghabisi Kei yang mereka pikir hanya seorang diri. Bukan perkara mudah melawan gerombolan perusuh itu seorang diri dengan hanya tangan kosong.
Kei merebut balok kayu setelah merubuhkan salah satu dari mereka. Kei mulai mengeluarkan keahlian bertarungnya, menghajar para perusuh yang mencoba mengeroyoknya dengan bantuan balok kayu itu. Satu bogem mentah sempat ia dapat pada wajahnya membentuk luka ringan pada sudut bibirnya. Namun, pria itu membalasnya seketika dengan pukulan lebih kuat dan lebih beringas tanpa jeda.
Gerak reflek pria itu sangat tajam, memiringkan tubuhnya secepat kilat saat menyadari ada balok yang mengayun ke arahnya. Dengan sigap Kei menangkap tangan sang perusuh dan melemparnya ke belakang.
Sebelah tangannya yang lain ia gunakan untuk menangkis ayunan balok lain yang mengarah padanya. Salah satu perusuh ia hajar dengan bantuan lutut berototnya hingga tubuhnya lemah dan tersungkur di atas kakinya. Dengan santai pula kaki jenjang Kei menyingkirkan tubuh itu.
Semua lumpuh hanya dalam hitungan menit menyisakan sang pemimpin yang kini menatapnya nyalang. Sedetik kemudian dua pria itu saling melemparkan pukulan tendangan dan tangkisan. Saling hantam terjadi cukup lama antara Kei dan sang pemimpin perusuh itu. Rupanya sang pemimpin dapat mengimbangi kekuatan bertarung Kei dengan baik.
El dengan senyum miring masih awas dengan senapannya, bersiap melepas satu tembakan pada tubuh sang pemimpin. Namun, jemarinya melemas seketika saat pemandangan dalam scoop ring jauh dari perkiraannya. Kei juga melumpuhkan sang pemimpin dengan tendangan udara mautnya. Pemimpin perusuh itu terkapar di tanah dengan wajah berlumur darah.
Senyum El lenyap seketika.
~
Aksi saling diam antara kedua partner berlanjut hingga mobil terparkir di parkiran cafe. El bergegas turun dari mobil dan berjalan secepat yang ia bisa setelah membanting pintu mobil. Dengan kasar pula ia mendorong pintu cafe dengan wajah kesal.
Namun, langkah perempuan itu terhenti sejenak memandang sebuah sudut ruang kecil di sela tangga yang menghubungkan lantai atas dan bawah. Sebuah sudut ruang kecil dengan ukuran tak ada satu meter.
Ingatannya kembali pada pemandangan siang tadi. Ia tengah bercanda santai dengan Yosi dengan sesekali menjejal mulut mungilnya dengan beberapa camilan.
Kunyahannya tertahan saat melihat sebuah mobil mewah berhenti di area parkir cafe. Tasya turun dari mobil dari arah pintu belakang. Sebelah tangan Tasya sibuk memeriksa helaian daun pada tanaman hias yang ada dalam dekapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
ActionLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...