Siswi baru

12 3 2
                                        

El masih enggan beranjak dari pusat perbelanjaan untuk sekedar melihat-lihat produk yang dijajakan di sana. Sesekali jemarinya menyentuh dan menjajalkan pada tubuhnya. Mulai dari topi, tas, sepatu hingga pakaian dalam yang membuatnya tertawa geli.

Kejadian tak terduga membuat moodnya rusak seketika saat tubuh mungilnya terguyur segelas es kopi. El menghela napas menahan kesal. Semua rasa kesal luruh seketika saat memandang sosok yang menabrak dan membuatnya kotor.

Wajahnya berubah penuh binar dengan senyum lebar, melupakan badannya yang setengah lengket. Perhatiannya kini teralihkan pada wajah tampan berkacamata bening membingkai mata sipit dengan rambut lurus setengkuk. Paket lengkap di tunjang tinggi badan atletis yang menjulang di banding dirinya membuat perempuan itu lemas tak berdaya terpikat pesonanya.

Lambaian tangan sang pria membuyarkan El yang tengah terpesona pria itu. "Adik manis, Kau tak apa? Bajumu sangat kotor? Itu pasti lengket 'kan?" cecar sang pria dengan cemas.

"Jangankan kopi, air se-emberpun tak akan membunuhku," seloroh El tanpa melepas pandangan meltingnya.

"Gimana?" tanya balik sang pria tak memahami apa yang tengah perempuan itu pikirkan.

"Ah," sadar dirinya tengah terlena, ia menggaruk kepalanya mencari alasan logis untuk mengoreksi kalimat konyolnya.

"Aku harus mengganti pakaianku. Ya, ganti baju." Ia menegakkan telunjuk seakan hal itu yang ia pikirkan sejak tadi.

"Kau bisa menggantinya di cafeku. Itu tak jauh dari sini. Aku juga akan membuatkanmu hidangan, sebagai permintaan maafku. Bagaimana?," tawar sang pria tampan.

"Ah, apa itu tidak merepotkanmu?" tanya El lirih.

Jemari kanannya menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Tentu tidak, aku yang membuatmu repot. Sudah selayaknya aku menebusnya." Ujar pria itu dengan senyum manis terkembang di bibir berisinya. Sang pria semakin membuat El tenggelam dalam bayangan manis.

Sesaat kemudian mereka berjalan beriringan meninggalkan pusat perbelanjaan setelah menjemput koper merah menyala dari tempat penitipan barang. Menyusuri jalanan beraspal kasar, jalan yang sempat El tinggalkan tadi.

El semakin keheranan saat pria tampan menuntunnya untuk memasuki cafe yang sempat ia abaikan.

"Ini milikmu?" acungan jari telunjuk El mengarah pada cafe, sementara kepalanya menengok ke arah sang pria tampan yang menjulang di samping kanannya.

Sang pria hanya mengangguk dan tersenyum manis pada El. "Masuklah! Kau bisa mengganti pakaianmu di kamar lantai dua!" perintah sang pria berganti menunjuk tangga yang menghubungkan kedua lantai di salah satu sudut ruangan.

Seluruh sudut lantai satu terlihat jelas walau dari luar ruangan. Semua sisi lantai dasar berdinding kaca. Persis seperti akuarium raksasa.

El dengan pakaian keringnya menuruni tangga menuju lantai satu tempat tatanan kursi dan meja pelanggan tersusun rapi. Ia mengambil tempat duduk di dekat pantry untuk menyaksikan langsung sang juru masak mengolah bahan. Ia kembali terlena dengan pemandangan yang tersuguhkan.

Pria jangkung berkulit kuning langsat tersenyum manis di sela kesibukannya di atas kompor.

Segelas jus jeruk tergeletak lembut di hadapan El membuyarkan perhatiannya. Sang pria tampan yang menabraknya tadi kini tersenyum manis padanya. Senyumnya semakin membuat perempuan itu salah tingkah saat berada di jarak sedekat itu.

Sungguh godaan teramat besar di saat misi menantinya. Dua pria menawan berada dalam cafe tempatnya mendapat misi, semua buyar seketika.

Seporsi waflle bertopping aneka sayur kini tersaji di hadapannya. "Mungkin Kau akan sedikit tak menyukainya. Masakan kokiku cenderung tidak berani dalam rasa manis. Aneka sayur itu juga pasti akan mengganggumu," terang pria tampan disela El yang tengah terpesona dengan hidangan di hadapannya.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang