Tesla gadis belasan tahun dengan segala privilege sangat tidak nyaman saat ada seseorang yang sok akrab dengannya.
Gadis itu memandang risih Nola yang memasuki kamarnya tanpa ijin dan terkesan memaksakan. Belum lagi gadis kecil dengan segala ingin tahunya yang masih asik meng-eksplore kamar Tesla yang penuh dengan benda-benda berharga.
"Jadi dia kakakmu?" Nola bertanya meyakinkan apa yang ia dengar sebelumnya.
Perempuan yang berada satu frame dengan Keil adalah kakak Tesla. Perempuan itu jelas mengetahuinya. Namun, bakat aktingnya sangat luar biasa. Ia terlihat baru mengetahui fakta mengejutkan itu.
"Ya. Lo mau, gue saingan sama kakak gue? Gila Lo ya. Gue nggak peduli kakak Lo mau pacaran sama siapa, itu bukan urusan gue. Mendingan Lo segera angkat kaki dari rumah gue!" perintah Tesla pada Nola dengan lagak sombongnya.
"Serius? Kau tak tertarik padanya?" Nola mengacungkan jemarinya pada layar ponselnya kembali yang masih menampilkan wajah terbaik Keil.
"Mending Lo cepet pergi dari rumah gue! Gue nggak tertarik sama sekali."
"Wah, gambarnya keren!" seru Yesi tiba-tiba.
Bocah itu dengan polosnya kagum dengan layar ipad milik Tesla yang berada di meja belajar. Dengan sigap Tesla menghampiri Yesi dan membungkam mulut kecil gadis itu.
"Lo! Jangan macem-macem, ya! Gue jitak kepala, Lo." Merasa ada yang tak beres dengan apa yang Yesi lihat. Nola merasa ada rahasia yang mungkin bisa ia manfaatkan untuk mengontrol gadis itu.
Belum reda situasi menegangkan akibat ulah Yesi. Seorang pria brewok dengan perawakan gagah berwajah hampir mirip dengan wajah Tesla muncul membuka pintu kamar dan semakin membuat Tesla berkeringat.
"Temanmu berkunjung?" tanya pria itu dengan ramah.
"Iya, Pa." Jawab Tesla dengan gugup.
"Ah, perkenalkan. Saya Hans, papa Tesla." Uluran tangan pria itu disambut Nola seketika dengan senyum tak kalah hangat.
"Saya Nola, Om. Teman satu angkatan Tesla. Maaf, kami sangat mengganggu. Saya janji akan lebih berhati-hati lagi." Ucap Nola dengan sopan.
"Ah, maafkan adik saya, Om." Yosi datang dengan tergopoh-gopoh membungkuk meminta maaf pada Hans. Yesi di tarik Yosi agar bocah itu berada dalam jangkauannya.
"Aku senang Tesla membawa teman-temannya pulang. Kalian adalah yang pertama." Terang Hans dengan senyum lebar mengembang di bibirnya tulus.
Nola diam-diam tersenyum semringah ada peluang besar untuk mendekati Tesla. Sekepergian Hans, Nola mendekati Tesla dengan maksud terselubung.
Ia menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan gambar animasi yang nyaris sempurna. Secara senyap Nola mencuri gambar Tesla dan memasukkannya dalam ponsel miliknya.
"Kau menyembunyikan kegemaran menggambar dari papamu sendiri?" lirih Nola menggoda.
Sedetik kemudian mulut Nola telah tertutup rapat oleh jemari Tesla.
"Jangan sembarangan Lo buka mulut. Gue bakal turuti apa yang Lo mau, asal jangan macem-macem ke papa gue!" ancam Tesla dengan pandangan masih awas pada keadaan sekitar.
"Papa terlanjur tau siapa Lo. Gue yakin, beliau nggak bakalan diem aja ama Lo. Apapun yang pengen beliau tau. Lo pasti jadi sasaran sumber informasinya." Terang Tesla dengan lirih.
Tepat dugaan Nola, mengenal Hans lebih jauh adalah sebuah keburuntungan baginya.
"Benarkah?" jawab Nola terkejut seakan itu berita yang sangat merugikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
ActionLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...