Nola dengan santai berjalan menyusuri koridor belakang gedung utama sekolah untuk mencari udara segar setelah selesai berurusan dengan kantung kemihnya yang penuh. Telinga kecilnya menangkap obrolan aneh dari seseorang. Perempuan itu memilih mencari sumber suara untuk mengobati rasa penasarannya.
Gadis manis dengan wajah penuh ketakutan menggenggam ujung bawahan abu-abunya menatap ngeri pada anak laki-laki yang mengunci geraknya dengan memojokkannya di dinding. Tangan kiri anak laki-laki itu memanjang menyentuh tembok tepat di kiri kepala sang gadis.
"Gue udah kasih Lo banyak waktu buat mikir, gue rasa lo udah mainin gue. Gue ngerti kalau Lo cinta gue 'kan?" ucap anak laki-laki itu penuh intimidasi.
"Sori, Gue kan udah bilang berkali-kali ke Lo. Gue nggak bisa, Gue udah punya cowok." Jawab sang gadis dengan hati-hati, suaranya bergetar.
"Banyak bacot mulut kecil Lo itu. Gue nggak mau tau di mana Lo nyembunyi'in pacar Lo. Saat gue butuh, Lo harus dateng jadi pacar gue. Lo tenang aja, Gue nggak bakal ngesita banyak waktu Lo. Gue kasih kebebasan saat Lo sama dia." Rayu anak laki-laki itu.
"Tapi-" sela sang gadis dengan was-was.
"Nggak ada tapi-tapian. Diem atau gue cium." Sontak gadis manis itu mendelik mendengar ancaman dari sang anak laki-laki.
Nola yang turut mencuri dengarpun tak dapat berdiam diri mengetahui ada gadis yang tengah berada dalam situasi tak nyaman. Ia bergegas menghampiri mereka, lengan kiri sang anak laki-laki di cekal Nola sebelum bocah itu melecehkan temannya sendiri.
Sang anak laki-laki menoleh ke arah sumber gangguan dengan tatapan nyalang. Nola yang terbiasa berhubungan dengan orang-orang organisasi, hanya menganggapnya tengah membereskan seekor nyamuk untuk menyingkirkan anak laki-laki itu agar menjauhi sang gadis.
"Brengsek, siapa Lo? Ganggu aja."
Nola hanya tersenyum remeh menatap anak laki-laki itu. Nola pasang badan di depan sang gadis memanjangkan tangan kanannya agar sang gadis bersembunyi di balik punggung kecilnya. "Kau pikir tindakanmu keren? Aku seorang perempuan, aku tak akan tinggal diam jika ada perempuan lain yang tengah di lecehkan."
"Lecehkan? Dia itu pacar Gue tau."
"Pacar? Dia mengatakan dia tak mau jadi pacarmu. Dia sudah punya pacar. Tawaranmu sungguh menjijikkan. Usiamu tak pantas jika banyak berpikir mesum. Kau tau? Kau bisa masuk penjara dengan tingkah burukmu itu, masuk daftar hitam, masa depanmu akan suram. Kau, akan banyak menyesal saat tua nanti jika semua itu menimpamu, hentikan mulai sekarang. Mengerti?" tutur Nola sok bijak membuat anak laki-laki itu berang.
Anak laki-laki itu terpaksa berlalu dari Nola dan sang gadis dengan wajah kesal tak ingin membuang waktunya mencari masalah.
"Terimakasih." Sang gadis menggenggam jemari kanan Nola dengan haru.
"Ah, itu bukan hal yang istimewa. Jangan lemah dengan pria macam itu. Ada yang harus di luruskan dengan otaknya," terang Nola dengan antusias.
"Sebenarnya aku belum punya pacar," bisik sang gadis dengan matanya awas pada sekitar.
"Em, Aku tak peduli Kau sudah punya pacar atau belum. Perbuatannya sangat kurang ajar. Dia harus diberi pelajaran."
"Dia sering memaksakan kehendak. Kami takut karena dia ketua geng Arwana," lirih sang gadis.
Nola menahan tawa dan meledakkannya sedetik kemudian.
"Apa? Arwana? Ikan berkumis itu?" tawa Nola semakin meledak sambil memegangi perutnya yang kaku.
"Ada-ada saja anak jaman sekarang." Nola menutup mulutnya rapat menyadari ucapannya yang janggal berujung pandangan heran dari gadis di hadapannya.
"Ash, aku tak peduli. Aku hanya melakukan apa yang sudah semestinya, ada yang perlu di luruskan dengan pola pikirnya," terang Nola mencoba mengalihkan pembicaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
AcciónLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...