One Day 2

8 3 0
                                    

Lelah bermain-main dengan deburan ombak, El mendudukkan dirinya di samping Kei yang sedari tadi hanya diam menunggu dengan sabar.

"Kau senang?" tanya pria itu.

El mengangguk tanpa memperhatikan pria di sampingnya. Tatapannya lurus ke depan menatap bentangan pantai dan langit yang mulai berwarna jingga. Kei mengikis jarak duduk dan merangkul tubuh mungil El. Ikut menikmati bentangan pantai dikala senja, walau sebenarnya ia sudah menikmatinya sejak dari tadi. Memperhatikan El yang bermain-main sendiri dengan deburan ombak dengan bahagianya, menjadi pemandangan menyenangkan yang sayang ia lewatkan.

Kepala El ia sandarkan pada dada kekar Kei dengan santai. Pria itu tak merasa keberatan akan hal itu. Justru kini ia semakin mengeratkan rangkulannya dan mendaratkan kecupan hangat pada pucuk kepala El. Mata El terpejam menikmati hal itu.

"Sudah lelah?" tanya Kei pada El yang masih memejamkan matanya, perempuan itu mengangguk pelan.

"Mau sudah'an?" tanya Kei lebih lanjut.

El membuka mata mendongak dan menggelengkan kepalanya manja.

"Belum lapar?" tanya Kei kembali.

Perempuan itu tersenyum manja, Kei paham betul bagaimana kondisi perutnya yang sudah mulai memprotes agar diisi. "Dikit," ucap El manja. "Tapi aku masih ingin menikmatinya." Sambung perempuan itu dengan semakin menenggelamkan tubuh mungilnya.

"Baiklah," ucap Kei semakin mengeratkan rangkulannya. "Saat mataharinya benar-benar tenggelam, mari ke tempat selanjutnya. Aku tak ingin angin laut dan perut kosong membuatmu jadi sakit."

"Mau ke mana selanjutnya?"

"Dinner." Jawab Kei dengan mantab.

"Dengan kostum sekonyol ini?" El mendongak menatap Kei tak percaya.

Kei menahan tawa geli. "Kalau Kau mau, boleh saja."

El menggeleng tegas dengan bibir mengerucut.

"Kau mau mentraktirku juga soal fashion?" mata El kini berbinar penuh harap.

Sedikit berpikir Kei menatap perempuan itu dengan masam sebelum senyum hangatnya memgembang. "Mari buat dirimu cantik maksimal. Karena hanya aku yang akan memandangnya, aku tak keberatan akan hal itu."

El bangkit dan menarik tangan Kei saat itu juga. "Ayo pergi!" ajak El dengan antusias.

"Sekarang?" tanya Kei keheranan. " Langitnya masih cantik, Kau tak keberatan meninggalkannya saat ini juga?"

"Sudah lama aku tak memakai gaun dan berdandan cantik. Aku tak sabar!" tegas El dengan lebih menarik tangan Kei. Bahunya ia goyang-goyangkan dengan manja.

Kei mengangguk mengerti dan tersenyum geli melihat tingkah laku El. Entah sudah berapa kali bibir berisinya tersenyum mengembang dengan leluasa hari ini.

-

Senyum lebar mengembang dari bibir berisi Kei, pandangannya tak ingin berpaling pada sosok mungil yang kini menghampirinya dengan langkah mantab. Perempuan itu cantik seperti dugaannya. Sangat serasi dengan penampilannya yang kini mengenakan setelan jas rapi dengan pantofel mengkilap di kakinya.

Wajah mungil El tegas menatap lurus ke depan bak super model. Gaun berwarna burgundy menyentuh lantai membungkus rapi tubuhnya. Tak ada belahan yang mengumbar kaki mulus untuk kali ini, hanya hells setinggi dua belas centi berwarna senada yang sesekali terlihat seirama dengan langkahnya. Tak ada belahan dada maupun punggung yang terumbar, hanya ada manik-manik menghiasi kerah turtleneck yang membungkus leher jenjangnya. Lengan sleveless mengumbar lengan mulusnya dengan sempurna, dipercantik gelang bermata biru senada dengan anting yang menggantung pada salah satu daun telinganya. Rambut sebahunya terurai bergerak seirama dengan langkahnya.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang