Fire

7 3 8
                                    

Sepanjang perjalanan kembali ke cafe Nola hanya tersenyum memandang ikan komet berwarna kuning menyala di pangkuannya. Boneka beruang berwarna merah mudanya duduk manis di jok belakang. Boneka itu terselamatkan dari tong sampah. Keil tak setega itu untuk membuang benda milik Nola.

"Ikan itu akan muntah jika tak Kau hentikan senyum bodohmu itu sekarang juga." Keil mengeluh tanpa memperhatikan lawan bicaranya yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Dia manis, lucu, imut, cantik dan lincah. Sama sepertiku. Aku bukan orang yang sembarangan bisa memuntahkan isi perut hanya karena ada yang tak berhenti menatapku dengan senyum manis. Jadi jangan membuat kesimpulan seenak jidatmu, Keil." Perempuan itu masih menyunggingkan senyum bahagianya.

Keil hanya tertawa mengejek dan diam sesaat menatap Nola dengan remeh. Ia kembali fokus pada jalan dan tetap tertawa geli. "Kau tau? Kau ini lebih mirip ikan Honey gourami, walau terlihat kecil Kau tetap seekor gourami, ikan yang doyan makan apa saja. Tak ada istimewanya." Papar keil dengan remeh.

Senyum lebar Nola tetap bertahan karena ada hal lebih menyenangkan dari sekedar menanggapi ocehan Keil yang tak berguna."Terserah Kau menganggapku seperti apa. Ya, dirimu memang selalu menganggapku rendah. Setidaknya,"

"Ada yang menganggapmu istimewa," potong Keil tak ingin mendengar perempuan itu menyanjung berondong kesayangan Nola.

"Kau pandai rupanya." Ucap Nola dengan tersenyum semakin lebar.

"Dan bocah itu-lah yang Kau maksud?" sambung pria itu dengan tawa yang semakin meledak.

Saling diam mereka lakukan hingga mobil memasuki garasi cafe setelah perdebatan itu. Keil memandang pintu mobil yang masih tertutup rapat. Langkahnya yang sudah menjauh dari mobil terhenti karena Nola yang tak juga keluar, perempuan itu hanya diam.

"Kau ingin tidur di situ?" tanya Keil pada Nola yang bergeming.

Dengan kesal akhirnya perempuan itu beranjak dari tempatnya. Menutup kasar pintu mobil dengan bantuan kaki. Ia menghentikan langkahnya dan menatap Keil yang diam memperhatikan tindakannya dengan iba, "Aku mencintaimu," ujar perempuan mungil itu dengan melas.

Keil terkejut mendengar ucapan Nola yang sangat diluar nalar. Pria itu menegakkan kepala dan melepas kaca mata dan tersenyum kecut setelahnya. "Ada apa ini?" tanya pria itu penuh curiga.

"Apa-?" pekik Nola dengan tak percaya. "Kau sudah melupakannya?"

"Tentang?" tanya Keil bernada tak kalah tingginya.

"Kau mengatakan aku boleh mengatakan hal itu di depanmu sampai aku mual. Tapi aku tak boleh mengatakannya di depan bocah itu! Haish, Kau benar-benar pikun." Nola berlalu dari hadapan Keil dengan kesal setelah menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

Keil hanya menggelengkan kepala dan tersenyum getir menyadari bahwa dia pernah mengusulkan hal itu.

~~

Nola menyembulkan kepala di sela pintu kamar Keil yang tak terkunci, perempuan itu memastikan bahwa pemilik kamar masih terjaga atau sudah terlelap.

"Apa lagi?" tanya Keil yang tengah akan membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Di mana beruangku?" tanya perempuan itu dengan memberengut dan melangkahkan kaki menghampiri Keil.

"Kau sempat melupakan dan meninggalkannya. Namun lihatlah, kini Kau merengek memintanya kembali?"

"Ayo-lah, aku hanya memintamu membantu mengurusnya bukan mengabaikannya. Aku tak bisa tidur, Keil. Aku ingin memeluknya. Sebagai teman tidurku malam ini." Ujar perempuan itu dengan memelas.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang