Mengagumi

9 3 5
                                    

"Sebentar lagi pacarku akan sampai, masuklah!" perintah Helen pada Kei yang masih berdiri tegap di sampingnya.

"Aku takkan beranjak sebelum Kau benar-benar menghilang dari pandanganku. pakaianmu terlalu menyeramkan untuk berdiri sendiri di jalan." Ujar pria itu datar.

Helen hanya menyunggingkan senyum tak percaya mendengar apa yang Kei ujarkan. Lagi-lagi pria itu menyinggung dress mininya, padahal ia sendiri yang telah menutupnya dengan selembar kain tipis berwarna merah muda hingga penampilan perempuan itu sudah jauh dari kata modis.

Kei membeli dua lembar kain dari pusat perbelanjaan seketika setelah pelecehan yang terjadi pada Helen. Dengan geram melemparkan kepada kedua perempuan di hadapannya agar segera mengenakan untuk sekedar menutup yang terumbar.

"Ini masih dalam wilayahmu, Kei." Helen mengedarkan pandangan ke arah Cafe hingga jalan menuju tempat itu. "Apa yang perlu Kau khawatirkan?"

"Bajumu!" tegas Kei kembali lagi-lagi mempermasalahkan apa yang melekat pada tubuh Helen. "Itu tak pantas di pakai di saat matahari masih bersinar terang. Dan bukan di tempat seperti ini."

"Lantas kapan dan di mana aku harus mengenakannya?"

"Club malam," ujar Kei sekenanya.

"Ah, benar sekali. Aku bisa mengajaknya besok." Helen menggelengkan kepala dengan merujuk pada El.

"Tidak untuk sekarang," tegas Kei menatap tajam perempuan di sampingnya.

"Lantas?"

"Setelah dia bukan lagi Nola." Jawab Kei tegas.

"Hei, kita pergi saat malam tiba. Kurasa tak akan ada yang mengenalinya."

Kei menatap balik datar Helen yang menatapnya penuh antusias. "Dia gadis SMA. Tak boleh bau rokok, tak boleh bau alkohol apa lagi menginjakkan kaki di club malam."

Helen mencibir lagi-lagi pria itu tak mengijinkan El menjadi El seperti biasanya. El kini hanya boleh melakukan apa yang seharusnya gadis usia di bawah tujuh belas tahun lakukan. Masih banyak memiliki pantangan.

"Apa pacarmu tak marah melihatmu mengenakan itu?" tanya Kei tanpa memandang orang yang ia beri pertanyaan.

Helen hanya menatap bingung Kei yang tengah menyalakan sebatang rokok di antara bibirnya. Lagi-lagi mini dress yang ia singgung.

"Apa hubungannya dengan ini?" tanya Helen jengah.

"Kau menjadi pusat perhatian banyak pasang mata pria mesum. Pacarmu tak keberatan dengan hal itu?" tanya Keil dengan wajah tak percaya.

Helen tertegun dan hanya mengangguk ringan menjawabnya dengan wajah polos, ia mendapat pertanyaan seperti itu dari pria semengerikan Kei. Perempuan itu tau betul bagaimana selama ini hubungan Kei dengan lawan-lawan jenisnya.

"Putuslah segera dengannya!" kalimat pamungkas Kei membuat perempuan itu semakin melongo.

Helen hanya tertawa kecut mendengkus membuang muka tak tau lagi bagaimana harus bereaksi pada pria itu.

Setelah saling diam untuk beberapa saat Helen memandang Kei menyadari ada yang berbeda pada suasana hati pria itu. Dia terlihat tengah menemaninya. Namun, pikirannya entah ada di mana. Perdebatan antara dia dan El bukan-lah yang pertama kalinya. Tapi ada sesuatu yang pertama kalinya terasa berbeda dari biasanya.

"Kau tak apa?" lirih Helen pada Kei untuk memastikan sesuatu.

Kei merasa Helen menganggap dirinya hari ini perilakunya ada yang tak beres. Menoleh tak percaya memikirkan, bagaimana bisa perempuan itu dapat menyimpulkan hal tersebut. Apa hal itu terlihat jelas di wajahnya?

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang