Pujaan Hati Yang Sama

8 3 9
                                    

Cafe KaEIlendra menghentikan operasi untuk sehari saja. Selembar kertas menginfokan hal itu pada pintu masuk yang tertempel dengan bantuan solasi bening.

Jemari lentik penuh noda cat bergerak kesana-kemari mengikuti sketsa kasar bergaris tipis pada dinding. Setengah gambar sudah terlukis sempurna. Gadis belia itu ingin segera menyelesaikan tugasnya hari itu juga. Ia tak ingin ada gangguan dalam bentuk apapun. Ia meminta agar Keil sang pemilik menutup sementara restonya itu.

Senyum puas tergambar di bibir Tesla setelah ia rasa pekerjaannya beres. Keil yang sedari tadi hanya menyimak apa yang gadis itu lakukan, kini berdiri dan memberi applause dengan khas senyum hangatnya.

"Mengapa kau menambahkannya?" tanya Keil sambil menunjuk koi emas dengan sisik merah yang kini tergambar permanen di dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa kau menambahkannya?" tanya Keil sambil menunjuk koi emas dengan sisik merah yang kini tergambar permanen di dinding. Di sisi yang lain tergambar tokoh anime yang sedang populer.

Tesla tersenyum lebar memandang hasil gambarannya. "Alasannya nggak jauh beda dengan itu." Tesla memandang tanaman hias pemberian Tasya yang kini tumbuh lebat di sudut cafe.

"Jika dia mendo'akan kemakmuran, maka Gue lebih milih do'a in buat keberuntungan. Gue harap keberuntungan selalu ada dan semua berjalan kaya' keinginanan Lo."

Keil magut-magut mendengar penjelasan gadis itu. Tesla sempat menanyakan gambar apa yang diinginkan pada Keil. Namun, pria itu memilih menyerahkan saja keputusan itu pada Tesla. Karena hanya Tesla seorang yang akan mengerjakannya.

"Bersihkan dirimu. Aku akan membuatkan mu hidangan lezat." Perintah Keil pada Tesla.

Tesla tersenyum mengangguk mendengarnya. Namun, senyumnya memudar seketika. Pemandangan di hadapannya sangat di luar dugaan.

Keil pun turut mengikuti arah kemana pandangan yang memudarkan senyum Tesla. Tasya mematung di pintu masuk cafe. Memahami apa yang ada di hadapannya. Adik semata wayangnya berpenampilan tak seperti biasanya. Celemek abu-abu dengan noda cat yang tak sedikit menempel di badannya. Begitu juga dengan kedua tangannya yang belum sempat ia bersihkan. Serta gambar yang tercetak di dinding dengan cantiknya.

Tasya tersenyum kecut, "Kau belum juga paham apa kata papa?"

"Tunggu, Aku bisa jelaskan semuanya." Potong Keil dengan cemas.

Tasya mengacungkan telunjuknya di udara. "Stt... Ini bukan urusanmu, Keil. Ini urusan keluarga."

"Pulang sekarang!" perintah Tasya pada Tesla yang bergeming tak tau harus bereaksi seperti apa karena keterkejutannya.

***

Hujan deras dan gemuruh petir mengantarkan Tesla yang masih mengalirkan air dari kedua matanya menaiki sebuah taksi menuju cafe KalEIndra.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang