Halter top dress berwarna hitam menyentuh lantai dengan belahan yang menampilkan kaki mulus El membalut lembut tubuh mungil itu dengan rapi. Bagian pungungnya terumbar sempurna dengan untaian tali yang menjuntai setelah melingkar melewati leher jenjangnya.
Perempuan itu memantaskan diri di depan cermin berukuran lebih tinggi dari tubuhnya. Memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri memeriksa bagaimana penampakan tubuh mungilnya kini.
Perempuan tak kalah mungil dengan El menatap seksama penampilan perempuan ahli bidik itu dengan serius. Wajahnya tak akan puas sebelum El merasa puas pula dengan penampilannya.
"Semua sudah terlihat sempurna bukan?" tanya perempuan itu dengan bersedekap menatap heran El yang masih belum puas.
"Yah, penata rias dan hairdomu pun menyempurnakan penampilanku." El menyentuh ringan rambutnya yang sudah terikat rapi menyisakan beberapa helai menjuntai bebas di bagian depan. Anting panjang pada kedua telinganya pun ia sentuh dengan gemas.
Perempuan itu beralih menyentuh gaun bagian lututnya, menarik ke atas hingga menunjukkan mata kakinya.
Heels senada dengan gaunnya malam itu ia hentakkan lembut menimbulkan beberapa ketukan. "Tak adakah yang lebih tinggi dari ini?" El menatap melas sang penata busananya.
"Dua belas senti, masih kurang tinggikah bagimu? Kau sudah cukup menarik untuk menjadi pusat perhatian." Sang penata busana itu berujar meyakinkan.
"Hei, aku harus terlihat seimbang dengan partnerku malam ini. Aku tak ingin semua orang melihatku seperti anaknya." El menatap pantulan tubuhnya dengan berapi-api.
Ketukan pantofel hitam mengkilat dengan lantai membuat kedua perempuan itu menengok ke arah sumber suara dengan bersamaan. Kei dengan tuxedo senada dengan gaun El tampak gagah dengan tatanan rambut kebelakangnya yang rapi.
"Harus berapa lama lagi aku menunggumu?"
Kei memeriksa jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Kemudian memeriksa El yang masih kurang puas dengan heels dua belas sentinya.Tatapan tajam pria itu berubah sedetik kemudian, tercekat menyaksikan tubuh mungil yang belakangan ini selalu mengenakan seragam putih abu-abu. Perempuan mungil itu berubah vibes seketika setelah mengenakan gaun secantik itu.
Di matanya Nola berbeda dengan El. Saat melihat Nola berseragam putih abu-abu, Kei merasa selalu ingin menjaganya. Namun, penampakan El malam ini membuat pria itu berpikiran lain dari hanya sekedar ingin menjaga.
"Ah, pantas saja Kau banyak mengeluh." Ujar penata busana membuyarkan pikiran Kei seketika. "Pasanganmu sangat tingi, tunggu sejenak. Aku akan membawa yang bisa mengubahmu menjadi benar-benar bukan anaknya."
Sang penata busana pergi melesat entah kemana meninggalkan kedua partner itu dalam suasana canggung.
Kei melangkah tegas mendekati El, menyentil punggung perempuan itu yang terumbar sempurna. "Kau tak takut masuk angin? Ini terlalu terbuka!" tegas pria itu.
"Kei-, kumohon berhentilah mengaturku. Hanya untuk malam ini- saja. Kau sudah berjanji akan membiarkanku seperti jati diriku, bukan?" ucap perempuan itu melas.
**
Mobil mewah berwarna biru tua berhenti tepat di pintu masuk rumah megah bernunsa keemasan. Pria bersarung tangan putih berseragam serba hitam membuka pintu mobil setelah membungkuk sopan.
Sebelah kaki El dengan heels setinggi lima belas centi menjejakkan lantai dengan anggunnya. Kei membuka sebelah tangannya agar perempuan yang kini sudah berdiri di sampingnya memasukinya dengan sebelah tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
ActionLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...