Kei

11 3 2
                                    

Perempuan yang terlihat selalu bicara tanpa beban, kini hanya duduk bergeming menatap lurus ke depan dengan kosong. Di sampingnya Kei juga masih menutup mulutnya enggan membuka pembicaraan. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir keduanya. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Masih jelas dalam ingatan pria tiga puluh tujuh tahun itu bagaimana tamparan demi tamparan ia terima hingga menorehkan beberapa luka dan mengakibatkan lebam di beberapa titik wajahnya. Ayunan tongkat yang membantu langkah renta pria tua itu juga mengayun beberapa kali pada punggungnya. Kei tak membalas ataupun mengelak sedikitpun. Ia pasrah dengan perlakuan kasar bos besarnya yang meradang. Karena membantah atau membangkang, bahkan mengelak adalah suatu hal yang berdosa jika dilakukan para anak buah King, itu bisa dianggap sebagai pengkhianatan.

Kei muda sempat melarikan diri karena merasa diperbudak dengan nyawa taruhannya. Namun, tak butuh waktu lama ia dapat ditemukan kembali di tempat tersulit bagi orang awam oleh anak buah King yang lain. Kei mendapat hukuman keras atas perbuatannya. Seminggu penuh ia tak dapat bangkit dari pembaringan karena tubuhnya dalam kondisi mengenaskan bahkan jauh lebih dari apa yang ia alami saat ini. Ia tak ingin hal itu terulang kembali.

Rasa menyesal sering terlintas dalam benaknya atas keputusannya puluhan tahun silam. Ia masih terlalu dini untuk mengambil jalan mana yang harus ia lalui. King datang disaat Kei tengah kehilangan arah tak tau harus melangkah kemana. Ia hanya seorang bocah laki-laki yang tengah kebingungan kala itu. Hidup dengan serba aturan ketat dan teman sebaya yang hidup lebih dahulu di tempat itu karena status mereka yang tanpa orang tua membuatnya sangat muak, ia masih memiliki seorang ibu.

Entah apa alasannya perempuan yang seharusnya melindungi dan menjaganya setengah mati, memilih meninggalkannya disuatu tempat saatl malam gelap dan hujan badai. Hingga saat ini jika ia menemui malam gelap dengan hujan badai, ia tak mau melewatkan waktu itu dengan sendirian karena rasa trauma yang selalu menghinggapinya.

Sosok ayah yang tidak mau bertanggung jawab membuat suara tangis ibunya tiap malam terdengar menangisi nasib sialnya. Bagi perempuan itu Kei bocah adalah sebuah batu sandungan yang mengganggu langkahnya. Sesekali perempuan itu juga menyebutnya sebagai anak pembawa sial tanpa ragu. Hingga dalam ingatan Kei bocah hingga ia beranjak dewasa selalu tertanam bahwa perempuan yang melahirkannya sudah tak mau menghidupinya lagi.

Tindakkan nekat kabur dari panti asuhan King saksikan tanpa sengaja. Pria tua itu tersenyum lebar saat menyaksikan hal itu. King lantas menawaran hal yang sangat menggiurkan bagi bocah laki-laki itu setelah mendengar apa tindakan dan alasan Kei bocah melakukannya. Kei yang belum memahami hitam atau putihnya dunia mengikutinya tanpa ragu. Tawaran yang King ajukan padanya ia terima tanpa pikir panjang. Yang terpenting baginya ia dapat hidup dengan layak dan jauh dari dunia panti asuhan. Sejak saat itu King mengasuh dan mendidik Kei hingga menjadi seperti ini, Kei menjadi salah satu petarung kuat dalam organisasi hitam Kingston.

Luka dan lebam pada wajah dan punggung Kei telah mendapat perawatan El sebisanya. Ia kini sudah mengenakan sweater berkerah tinggi juga dari hasil El yang telah mengacak-acak almarinya. Walau mereka jarang akur, duduk berdampingan dengan hanya saling diam membuat keduanya merasa sangat tak nyaman.

"Bagaimana tubuhmu?" ucap Kei memecah keheningan. "Tenggelam pasti membuatmu ketakutan. Maaf, kata-kataku terlalu kejam saat itu." Imbuh pria itu dengan canggung.

El memandang Kei sendu menggelengkan kepala ringan dan tersenyum sebisanya. "Aku seharusnya berterimakasih padamu. Aku masih bisa bernapas. Jika tak ada Kau, aku mungkin sudah mati." Ucap El dengan tersenyum getir.

"Jika sampai Kau mati. Mereka akan ku habisi saat itu juga tanpa sisa." Ucap Kei dengan tegas.

"Apa karena aku, Kau akan melakukan hal seperti itu?" tanya El dengan hati-hati. El merasa sangat buruk, jika memang Kei melakukan hal itu hanya karena dirinya yang tak boleh terluka. Kini ia dapat menyimpulkan alasan apa Kei begitu protektif dan selalu menghindarkannya dalam bahaya. Bukan karena ia berperan sebagai gadis belasan tahun. Namun atas utusan King, seperti dugaannya.

The PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang