Tubuh kekar Haris cukup tenaga jika harus memapah tubuh semungil El dan menenteng hardcase senapan milik El bersamaan.
Kei bergegas mengambil alih tubuh mungil El meninggalkan kedua target yang sudah ia bebaskan saat melihat pemandangan itu. "Kau terluka?" El menggeleng dengan wajah kusutnya.
"Kurasa bahu kirinya terluka cukup parah." Ucap Haris dengan menyerahkan tubuh mungil El pada Kei.
"Antar kami ke rumah sakit dahulu. Untuk sisanya Kau bisa kan mengantar mereka kerumah masing-masing dengan aman?" Haris mengangguk mengerti, melihat Kei yang memasukkan El di belakang kemudi setelah memerintah kedua target masuk terlebih dahulu untuk duduk di jok paling belakang. Haris masuk mobil mengambil alih kemudi.
Mobil melaju perlahan meninggalkan komplek tua itu.
"Aku mencintaimu Haris, terima kasih telah menyelamatkanku." Seloroh El memecah keheningan. Ia tersenyum dengan sisa tenaganya.
Haris membalasnya dengan fingger heart di udara dan tersenyum tak kalah lebar lewat spion di atas kepalanya.
"Kau masih bisa bercanda?" tanya Kei dengan menatap tak suka El dan Haris secara bergantian.
"Aku tak apa. Hanya sedikit sakit. Yang penting misi berhasil." Ucap perempuan itu dengan lirih.
"Maaf, aku seharusnya lebih cepat menemukanmu, El. Kau jadi terluka karena aku sedikit terlambat." Ucap Haris penuh sesal.
El menggeleng dan tetap tersenyum. "Tak apa." Ucap perempuan itu.
El menoleh ke belakang, memeriksa dua target yang kini sudah nampak berbinar. Bertahun-tahun tak dapat berkumpul dengan keluarga, sudah pasti hal yang sangat luar biasa menyenangkan saat dapat melakukannya kembali. Wajah mereka lebih cerah dari sebelumnya.
El memicing pada target yang duduk di belakang Kei merasa wajah pria tua yang lusuh itu nampak tak asing di matanya.
"Hei Pak Tua! wajahmu tampak tak asing. Apa kita pernah bertemu?" El menarik perhatian seluruh penumpang, hingga kini perhatian berpusat kepadanya.
Target itu menggeleng perlahan dengan tetap menggali ingatannya kembali. Kalau-kalau apa yang perempuan ucapkan itu benar adanya. Keras berpikir target itu tak juga menemui titik terang. Hingga pernyataan El kembali menarik perhatian.
"Antarkan dia dahulu, baru kita ke rumah sakit." Perintah El pada Haris.
"El, apa yang Kau rencanakan?" tanya Kei dengan cemas.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Kei lebih lanjut.
"Aku masih bisa menahannya, Kei." Ujar El menenangkan partnernya.
*
Wanita berbadan kurus dengan helaian rambut yang mulai memutih menggosok-gosokkan telapaknya dengan cemas, gadis kecil di samping kanannya tak kalah antusias berjingkrak-jingkrak tak tenang. Hanya anak laki-laki berusia belasan tahun yang berdiri dengan tenang di samping kiri wanita itu, mengapit bahunya dengan erat dengan wajah secerah mentari.
El menatap lurus dan tersenyum lebar menyaksikan hal itu. Anak laki-laki tak asing di matanya yang menjadi penyemangat hidupnya beberapa bulan belakangan terlihat sangat bahagia saat sosok yang ia rindukan berlari ke arah mereka berdiri dengan antusias. Tangis haru menyelimuti seluruh anggota keluarga sedetik kemudian. Saling berpelukan erat melepas rindu.
*
Kei membaringkan tubuh mungil El di ranjang empuknya. Menyelimuti dan mengelus lembut pipinya, wajahnya tak sepucat tadi mengingat perempuan itu sudah mendapat pertolongan. Dia terlelap seketika saat mobil melaju meninggalkan rumah sakit. Dia menginginkan rawat jalan dan memilih meminum obat pereda nyeri saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
AkcjaLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...