Langkah kaki Kei berjalan perlahan menapaki jalan beraspal kasar menggendong tubuh mungil El pada punggung kekarnya menuju sebuah penginapan yang ia pesan sekaligus dengan restoran tempat mereka dinner romantis.Kei berjalan perlahan bukan karena beban tubuh mungil El yang berat. Namun, pikirannya lah yang terasa berat. Dagu El menempel pada bahu kekar Kei dengan nyamannya, membuat hembusan napas El menyentuh lembut kulit lehernya sesekali. Sepanjang jalan tatapan mereka sama-sama kosong sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Apa aku berat?" tanya El lirih memecah keheningan.
"Tentu saja tidak, beratmu tak lebih dari anak sekolah dasar." Canda Kei mencoba mencairkan suasana.
"Lalu ada apa dengan langkahmu, kenapa tak sampai-sampai? Energiku habis terkuras. Aku ingin segera membersihkan diri, merebahkan tubuhku dan pergi tidur." Sungut El walau nadanya lemah.
Kei menghentikan langkahnya melirik wajah El yang masih sembab dengan tersenyum tipis. "Aku hanya tengah mengulur waktu bersama denganmu." Kilah Kei masih berusaha biasa walau hatinya masih bergemuruh sebelum melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar El.
Lama terisak dalam dekapan Kei, tubuh mungil El melemah hingga tak dapat berdiri dengan tegak apa lagi untuk berjalan ke penginapan yang hanya berjarak beberapa meter dari restoran. Perempuan mungil itu sempat menolak tawaran Kei beberapa kali untuk menaiki punggung kekar Kei. Rasa lelah yang teramat sangat membuat ia abai pada egonya hingga berada pada posisi seperti itu.
Perempuan mungil dalam gendongan punggung, Kei turunkan perlahan setelah pembaringan empuk sudah di depan mereka. Kei menuntun perempuan itu duduk di pembaringan dengan membungkuk mensejajarkan wajahnya. Ia memandang redup dan mengelus lembut puncak rambut sebahu El dengan perasaan getir. "Istirahatlah! Besok pagi Troy yang akan mengantarmu menghadap King." Ucap Kei tanpa melepas perhatiannya pada rambut hitam sebahu El.
"Lantas kemana Kau setelah ini? Kau akan pergi menjahuiku setelah mengetahui bahwa aku cucu King?" El meremas jas bagian lengan Kei dengan cemas. Perlahan Kei mengurai cengkraman El, menggenggamnya lebih hangat seraya mendudukkan diri di samping El.
"Beri aku sedikit waktu untuk menerima semuanya, El. Aku ingin mulai melihatmu sebagai Lyan putri dari Harsono. Bukan El cucu Kagendra Hardiyata. Bukan pula El-, Alona, Nola ataupun dengan nama samaranmu yang lain." Sejenak Kei menghela napas menjeda penjelasannya. "Bukan juga sebagai El anak buah King, partner menjalankan misiku di Kingston." Sambung Kei menahan getir.
"Kau mengetahui identitas asliku?" tanya El dengan wajah keheranan bahkan nama ayahnya Kei sebut secara terang.
Kei mengangguk dan tersenyum sehangat mungkin. Mengelus lembut pipi El yang masih terasa lembab dengan ibu jarinya. "Kagendra Hardiyata atau orang-orang mengenalnya sebagai King, dulu pernah menyembunyikan seorang cucu dari hubungan putrinya yang melarikan diri karena terhalang restu. Begitulah nama Lyan dalam sepengetahuanku. Jika Kau benar putri Widia, maka pengetahuanku akan siapa dirimu tak salah, Kau putri Harsono." Kei memandang El nanar yang semakin mengeratkan genggamannya.
"Jadi memang benar mereka tak bersama karena terhalang restu bukan karena hal lain. Aku hanya mendengar dari ayah jika perempuan itu meninggalkan kami demi mengejar impiannya."
"Hal itu aku tak tau pasti, El. Yang ku tau hanya sebatas itu."
Anggukan beberapa kali Kei berikan dengan senyum getir dan pandangan remang. "Kau gadis manis itu rupanya. Jadi kita memang terhubung sudah sejak lama seperti dugaanku. Akhirnya aku menemukan jawabannya secepat ini. Namun, berilah aku waktu untuk menjelaskan segalanya." Terang Kei sedikit ambigu membuat El semakin tak mengerti.
![](https://img.wattpad.com/cover/274061896-288-k188031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner
ActionLuka kehilangan cinta pertama sebagai anak perempuan, memaksa Alona memasuki sebuah organisasi bernama Kingston demi sebuah imbalan akan titik terang di balik kematian sang ayah. Dalam menjalankan misi-misinya perempuan 30 tahun itu harus bersaing...