Bab 1

174K 3.1K 41
                                    

Gadis itu menghela napas. Semakin naik semester semakin dia tidak ingin pergi ke kampus. Sekarang dia sudah semester 7 dan seharusnya dia fokus mengurus tugas akhirnya saja bukannya tetap kembali ke kelas. Otak bodohnya lah yang membuat dirinya harus mengulang beberapa mata kuliah lagi.

Salahnya juga kenapa tiga setengah tahun yang lalu menyetujui pilihan ayahnya untuk masuk ke jurusan sistem informasi. Padahal dia sendiri tidak terlalu tertarik dengan dunia teknologi. Kebetulan saja nilai matematikanya bagus waktu sekolah. Ternyata hal itu juga tidak menjamin dirinya bertahan di jurusan tersebut.

Sekali lagi Rere menghela napas. Hari masih pagi tapi dia sudah merasa sangat lelah. Rere sengaja mengambil tempat duduk paling belakang agar dia bisa diam-diam tidur seperti di kelas-kelas sebelumnya.

"Nggak bagus loh tidur pagi-pagi," tegur seorang gadis berambut merah muda yang baru saja datang. Surai panjangnya bergerak lembut saat gadis itu mendudukan dirinya di samping Rere.

"Bodo amat." Rere menyahut dengan kepala tertelungkup di atas buku catatan yang memiliki sampul gembung. Fungsi lain dari buku itu memang untuk tidur. Inovasi produk brilian untuk orang-orang yang mudah mengantuk di kelas seperti Rere.

Nadia, si gadis berambut pink itu bergeleng heran. Memang tidak ada gunanya menegur sahabatnya itu. Semua ucapannya masuk kiri keluar kanan.

Tak lama kelas pun menjadi penuh. Seorang dosen masuk ke dalam kelas. Nadia menepuk-nepuk punggung Rere membuat gadis itu melenguh.

"Apa sih, Nad?" Rere mendelik kesal.

"Coba liat deh, dosennya muda dan cakep banget," bisik Nadia. Rere bingung mengapa ia harus berbisik sementara kelas masih bising. Yang membuat Rere bingung lagi kenapa Nadia berkata kalau pria yang berdiri di depan kelas itu cakep. Pria berkacamata itu memang tampak sangat muda. Usianya mungkin tidak jauh dari mereka. Namun pria itu tidak bisa dimasukan ke dalam kategori cakep. Definisi cakep dalam kamus Rere itu tinggi, berbahu lebar, atletis, dan berkulit eksotis. Pria yang ditunjuk Nadia sama sekali tidak masuk ke dalam kategorinya.

Pria itu tampak culun dengan kemeja flanel yang dikancing sampai kancing teratas. Kulitnya hampir sepucat dinding kelas yang berwarna putih. Gerak-geriknya sangat kikuk. Beberapa kali dia hampir tersandung kakinya sendiri. Beberapa mahasiswa berusaha menahan tawa demi menghargai dosen muda itu.

Beberapa saat kemudian akhirnya dia berdiri tegak. Dehemannya bergema di dalam kelas membuat penghuninya seketika hening. Semua mata kini memperhatikannya.

"Selamat pagi semuanya, pertama-tama saya ingin menyampaikan bahwa Pak Hansen yang seharusnya mengampu mata kuliah ini berhalangan hadir untuk tiga minggu ke depan karena beliau sedang berada di luar negeri untuk menghadiri sebuah konferensi...." Kalimat pembukanya itu disambut riuh decak kagum. Pak Hansen memang salah satu dosen yang populer karena sepak terjang dan prestasinya. Beliau adalah dosen paling keren yang pernah Rere kenal. Beliau juga salah satu pembimbing tugas akhir Rere. Sekalipun Rere belum pernah menemuinya untuk memulai bimbingan.

"Selama Pak Hansen tidak ada, saya yang akan menggantikan beliau. Perkenalkan, nama saya Joseph, kalian bisa panggil saya Pak Jose atau Kak Jose, terserah," kata pria itu sambil menulis namanya di papan tulis. "Usia saya nggak beda jauh dengan kalian, saya baru lulus tahun lalu dan sambil mengisi waktu, saya membantu Pak Hansen di kampus ini, ada yang ingin ditanyakan?"

Rere mengernyit malas. Dari nada bicaranya sudah jelas Jose itu pria yang membosankan. Bahkan senyumannya juga tampak membosankan. Tidak seperti... seseorang yang duduk di ujung kanan satu baris di depannya. Hidung dan garis wajahnya yang tegas membuat jantung Rere berdegup tak karuan. Dia adalah definisi cakep yang sebenarnya. Bibir tebalnya membuat otak Rere menciptakan skenario liar.

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang