Bab 2

59.5K 2.4K 13
                                    

"Enak dong ketemu dia tiap hari?" oceh Nadia ketika Rere mengatakan bahwa asisten dosen idola Nadia itu tinggal di kamar sebelah. Rere mengernyit mendengarnya. Apanya yang enak? Rere sudah tiga hari bertetangga dengannya dan sama sekali merasa tidak nyaman.

Penghuni terdahulu dari kamar itu tadinya adalah seorang wanita kantoran bernama Dian yang sudah seperti saudara Rere sendiri. Meskipun Dian orang yang cerewet namun Rere selalu merasa nyaman dengannya. Setiap ada waktu senggang mereka sering mengobrol di balkon kamar mereka sambil ngeteh. Obrolan seputar drama korea sampai dengan gosip-gosip terkini di kantor Dian. Terkadang Rere harus kuat menahan malu saat pacar Dian yang sangat tampan itu muncul di balkon sambil bertelanjang dada.

Tepat dua bulan yang lalu Dian menceritakan rencananya untuk menikah. Awalnya Rere sangat bahagia mendengar kabar itu. Namun saat Dian mengatakan bahwa dia juga akan pindah dari apartemen dan mengikuti suaminya bekerja di luar kota, Rere mendadak sedih. Dia jadi tidak punya lagi teman untuk bertukar pikiran atau berbincang di rumah.

Sekarang Jose yang menempati kamar Dian. Rere tidak tahu kapan ia pindah ke sana tepatnya. Yang pasti Rere baru mengetahuinya tiga hari yang lalu. Dan tiga hari belakangan ini entah apa yang sedang dikerjakannya yang pasti kehebohan dari kamarnya itu membuat Rere susah tidur.

Malam ketiga, Rere tidak bisa bersabar akhirnya dia bangun dan mengetuk pintu balkon Jose dari balkon kamarnya. Butuh lima kali ketukan sampai Jose membuka pintunya.

"Iya?" sahut Jose dengan mesin bor di tangan.

"Mas, tahu nggak sih ini jam berapa?" tanya Rere bermaksud menyindir. Namun Jose malah melirik jam di ponselnya.

"Jam... 1 malam?"

Wajah tak berdosanya itu membuat Rere naik pitam. "Iya ini jam 1 malam! Orang gila mana yang masang perkakas jam 1 malam!"

Jose menaruh mesin bornya. "Oh, oke, sorry, saya pikir kamar ini kedap suara?" Jose berkata maaf tapi nada bicaranya sama sekali tidak mengindikasikan bahwa dia sedang meminta maaf. "Saya pindah ke apartemen ini juga karena katanya kedap suara." Dia melanjutkan.

Rere tercengang. Kesannya sekarang dia yang salah karena punya pendengaran yang tajam. "Tetap aja kedengaran sampai kamar saya, tolong ya, besok pagi saya masih ada kuliah jadi tolong kerjain lain waktu deh asal jangan di jam tidur!" omel Rere. Namun pria berambut kusut itu tampak tidak peduli sama sekali. Tanpa pamit dia menutup pintu membuat Rere menggeram kesal.

"Lo mikirin apa sih sampe muka kayak lipatan baju?" Nadia menyenggol lengan Rere menyadarkannya dari lamunan. Rere mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.

"Asal lo tahu, asdos idola lo itu cuma cowok culun yang nyebelin abis, udah deh cari gebetan lain aja."

Nadia mendengus malas. Wajah asam Rere mendadak cerah ketika seorang pria berperawakan tinggi dengan rambut tebal melintas. Tubuh atletisnya tampak begitu gagah. Rere mencoba tersenyum ketika mereka bertemu mata. Pria itu tahu-tahu berhenti dan membalas senyumannya.

"Hai, Re," sapanya.

"Hai... Rio." Rere melambaikan tangannya sambil tersenyum malu-malu. Nadia yang berada disampingnya tersenyum jahil. Dia pun menepuk pundak Rere.

"Kalau gitu gue ke kelas duluan, ya! Bye Rere!" Secepat kilat dia meninggalkan Rere. Rere tidak sempat untuk menahannya. Dasar teman sialan. Tertinggallah Rere menghadapi Rio, pria itu seorang diri.

"Masih ada kelas?" tanya Rio. Rere mengangguk kecil.

"Ada tapi masih 2 jam lagi," jawabnya. Rio melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang