Rere merasa semalam dirinya bermimpi indah. Ternyata pemandangan pagi harinya lebih indah. Sebab yang pertama kali dilihatnya ketika membuka mata adalah wajah Jose. Entah bagaimana caranya pria dewasa itu bisa muat di atas kasur rumah sakit bersama Rere. Bisa jadi karena mereka tidur saling berpelukan sepanjang malam.
Saat Rere terbangun, Jose masih nyenyak dalam tidurnya. Lingkar hitam di bawah matanya menandakan Jose butuh waktu tidur yang lebih. Sehingga Rere urung untuk membangunkannya. Lagi pula ia mau menikmati dirinya sendiri bersandar di dada bidang sang kekasih selagi orangnya masih bisa disentuh secara nyata.
Tak lama kemudian Rere mendengar suara lenguhan dan tangan besar yang mengusap-usap kepalanya. Lalu tangan itu turun ke punggung dan sampai di bongkahan kembar bawah Rere. Tangan itu dengan nakalnya meremas milik Rere.
"Morning Babe." Suara serak itu berbisik menggelitik pertahanan Rere.
"Good morning, my baby." Rere mengusap wajah Jose dan menghujaninya dengan kecupan sayang. Jose menarik tubuh Rere semakin dekat hingga tubuh mereka saling menempel. Jose menjadikan Rere seperti guling. Ia mendekap kekasihnya dengan sangat erat. Dirinya seperti sengaja melakukan itu juga agar Rere bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana tengah menekan perutnya.
"Your wood," gumam Rere dalam hening.
"Lalu?" sahut Jose. Rere kemudian diam. Pikirnya Jose mungkin akan kembali tidur jadi dirinya tidak akan membahas lebih lanjut. Dirinya akan mencoba untuk kembali terlelap berhubung matahari masih belum menampakkan sinarnya.
Namun ternyata Jose hanya berpura-pura. Matanya mungkin terpejam tetap tangannya dengan lihai menggerayangi bagian bawah Rere. Ia meremas-remas bokong Rere dan sesekali memukulnya.
"Yang!" hardik Rere menjauhkan diri sambil memukul dadanya. Jose kini membuka matanya sedikit kemudian laki-laki itu memegang dada Rere dengan sengaja. Rere langsung memukul tangannya.
“Pelit,” ucap Jose sambil memberengut. Rere mendengus.
“Kita di rumah sakit!”
“Terus?” sahut Jose dengan alis terangkat.
“Nanti kalau ada perawat atau dokter yang masuk tiba-tiba gimana? Atau Mami sama Papi tiba-tiba datang??”
Jose mendecak. Kemudian laki-laki itu merenggangkan tubuhnya dengan santai. “Daripada ngomel-ngomel mending kita ciuman.”
Kali ini Rere yang mendecak kesal. “Nggak mau, bau,” ujarnya. “Sana-sana, di sini sempit.” Rere mendorong-dorong tubuh Jose.
“Cium dulu.” Jose menunjuk bibirnya.
“Nggak.”
Jose menyentuh dada Rere lagi. Kali ini wanita itu merengek-rengek seperti anak kecil yang sedang tantrum. Jose menyeringai senang.
Rere berbalik membelakangi Jose sambil melipat tangannya. Perlahan Jose memeluk kekasihnya dari belakang.
“Kita nikah aja apa ya biar bisa gini tiap hari.” Jose berkata sambil membenamkan kepalanya di ceruk leher Rere. Dirinya tidak tahu bahwa sang kekasih kini membeku dengan wajah memerah.
“N-Nikah? Nggak nikah kita juga begini setiap hari, kan?” ujarnya sambil terkekeh agar tidak terlalu kentara gugupnya.
“Kalau nikah kan beda, kamu sepenuhnya milikku, aku sepenuhnya milikmu terus aku punya hak lebih atas ini.” Jose meremas dada Rere sekali lagi.
“Ih!” Hardikan Rere justru malah membuat Jose tertawa. Tangannya masih bergerak sepuasnya dan Rere akhirnya pasrah. Namun, benda keras itu kini mendorong-dorong pinggul Rere. Rere berusaha untuk tidak terpancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chillin' Buddy [🔞21+]
Romance[Completed] Rere takut dirinya menjilat ludah sendiri. Dia bilang pria culun itu jauh dari kata tampan apalagi seksi. Nyatanya dia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya dari asisten dosen pembimbing sekaligus tetangganya itu. Jose memang culun...