🔞Bab 26

87K 1.8K 61
                                    

"Sudah nggak papa, palingan revisian lagi."

Ucapan Nadia sukses membuat Rere mendengus seperti kuda. Nadia terkikik kemudian mendorongnya menjauh. Ekspresi di wajah Nadia seketika berubah ketika Rere hilang dari pandangannya.

Meski dirinya tidak ingin mencurigai sahabatnya sendiri, hati kecilnya tetap mempertanyakan apa yang terjadi di antara Rere dan Jose. Mereka bertetangga untuk waktu yang cukup lama sekarang. Ditambah Jose menjadi pembimbing tidak resmi untuk tugas akhirnya. Hubungan mereka tidak mungkin tidak berkembang.

Hanya saja Rere tidak pernah menceritakan apapun perihal hubungannya dengan Jose kepada Nadia. Ya, sudah menjadi kebiasaan Rere kalau tidak ditanya dirinya tidak akan pernah bercerita. Sementara itu Nadia kali ini tidak akan mengatakan apapun untuk memancing Rere menceritakan hubungannya dengan Jose. Ia akan menunggu semuanya keluar langsung dari mulut Rere.

Kapanpun itu, Nadia akan menunggu. Sementara sambil dirinya menyiapkan hati pula jika saja hubungan mereka ternyata sudah lebih jauh di depan. Nadia pun menghela napas. Ia menutup buku di tangannya dengan kasar.

Kemudian ponsel di sakunya bergetar. Tanpa menebak pun ia sudah tahu siapa yang mengirim pesan. Pesan yang sama selalu muncul di jam yang sama. Akhir-akhir ini sulit rasanya untuk mengabaikan pesan tersebut.

Gue udah di kampus lo, Neng. Bunyi pesan tersebut bersama dengan gambar suasana kafetaria kampus.

Beberapa menit kemudian Nadia sampai di kafetaria dan menemukan sosok laki-laki yang mengenakan hoodie berwarna gelap yang sangat kontras dengan warna kulitnya. Nadia sudah berkali-kali melihatnya mengenakan hoodie yang sama. Hanya ada dua kemungkinan. Hoodie itu tidak pernah dicuci atau dia punya satu lemari dengan model dan merek yang sama.

"Burger mulu, apa nggak takut kolesterol?" tegur Nadia mendudukan diri di hadapannya. Jerico tersenyum sambil mengunyah burger. Matanya membentuk garis tipis ketika ia tersenyum seperti itu.

"Enggak, tinggal ngegym 3 jam aja udah luntur tuh lemak."

"Sejak kapan lo ngegym?" Nadia melirik sinis. Jerico melotot tidak percaya.

"Lo pikir darimana datangnya otot-otot dahsyat ini? Dari langit?" balas Jerico.

"Sejak kapan lo punya otot dahsyat?" Kerutan di kening Nadia pun semakin dalam. Jerico mendecak.

"Lo kenapa sinis banget sih hari ini?"

Nadia mengatup mulutnya. Sementara Jerico menyipitkan matanya menatap curiga. "Nggak tuh, biasa aja." Nadia memalingkan wajahnya.

Jerico bergeleng. "Nggak, lo nggak biasa hari ini," lalu ia mencondongkan tubuhnya dan melipat tangannya di meja.

"Nggak usah sok tau lo, Jer, kalau lo masih rese gue cabut sekarang. Males gue buang-buang waktu sama cowok rese kayak lo."

Jerico malah memberikan senyuman manis dan memandang lurus mata Nadia dengan pandangan memuja. "Gue pernah bilang nggak sih kalau lo cakep banget kalau lagi galak?"

Nadia langsung berdiri dengan kasar dan mengamit tasnya. Jerico dengan cepat menahan tangannya.

"Maaf, maaf!" ujarnya panik. "Duduk lagi, please?"

Nadia memandangnya sejenak kemudian mendengus dan kembali duduk. Jerico melanjutkan makannya dalam diam. Sesekali ia mencuri lirikan pada Nadia. Cewek itu menatap kosong ke arah lain. Berselang lima belas menit kemudian, Nadia akhirnya kembali berbicara.

"Jadi temen gue cerita," ucapnya memulai pembicaraan. Jerico menegakkan punggung dan memasang telinga dengan jelas. "Kalau dia lagi naksir sama seseorang, tapi dia nggak yakin orang itu juga suka sama dia karena kelihatannya orang itu sudah punya seseorang yang dia suka juga."

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang