Mereka bertiga duduk melingkar di salah satu sudut perpustakaan kampus. Bersama laptop masing-masing dan juga tumpukan buku. Tujuan mereka ke perpustakaan kali ini benar-benar murni ingin mengerjakan tugas dan mencari sumber dari aset yang ada di sana. Bukannya numpang adem dan tidur siang seperti hari-hari lain. Rere tiba-tiba menggeram frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri. Orang-orang di sekitar mereka langsung menatap tajam karena Rere terlalu berisik. Nadia pun mencoba menenangkannya.
"Pelan-pelan, Re." Nadia membantunya mengatur napas. Rere mengikuti arahannya untuk menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Beberapa kali hingga Rere merasa lebih tenang.
"Rasanya pengen berhenti kuliah aja tahu nggak," desis Rere menegak air minum dari tumblr kesayangannya.
"Jangan dong, sudah sejauh ini masa mau berenti gitu aja, apa kata bapak lo nanti?" sahut Rio.
"Sok iye lo, yo, lo juga sama." Nadia mendeliknya. Rio malah mengangguk.
"Kita semua sama," sahutnya membuat Nadia memutar bola mata.
"Gue bener-bener buntu, gue nggak tahu topik apa dan harus bikin apa sementara waktunya sisa dua hari lagi!" Rere kembali meremas rambutnya. Ia memandang layar laptopnya frustasi. Dia tidak mengerti kenapa Hansen yang terkenal asyik dan keren itu bisa sekejam ini padanya.
"Judul-judul TA yang menurut gue oke udah gue kirim ke whatsapp lo, bisa dicek," kata Nadia kemudian. Rere segera membuka tab whatsapp pada browsernya dan membuka file yang dilampirkan oleh Nadia. Rere lalu menatapnya haru. Rupanya teman yang selalu memanfaatkan saat ujian ini ada gunanya. Rere langsung memeluk perempuan itu dari samping.
"Thank you so much bestie!" soraknya sekali lagi dihadiahi tatapan sengit dan desis yang memperingatkan mereka untuk tidak terlalu berisik. Rere menunduk berkali-kali sebagai permintaan maaf. "Ternyata lo ada gunanya juga," bisik Rere menambahkan. Nadia menyunggingkan seringaian.
"Kita mesti angkat tema yang sama biar bisa dikerjain bareng, dan gue nggak perlu capek-capek cari sumber. Kan lo sudah pasti dapat duluan." Nadia mengedipkan sebelah matanya. Rere menatapnya tak percaya.
"Ternyata ada udang di balik batu," sahut Rere
"Enakkan di balik bakwan," timpal Rio. Kedua perempuan itu langsung melirik Rio aneh. "Iya, iya, nggak lucu." Rio mengangkat tangan. Dia pun fokus kembali mengerjakan laporan miliknya.
Sebenarnya Nadia sedikit heran. Tumben sekali Rio mau bergabung dengan mereka berdua. Seorang Rio yang biasa berada di lingkaran orang-orang paling top di kampus. Mungkin hanya perasaan Nadia, tetapi Rio tampak seperti kawanan serigala yang sedang dikucilkan sejak ia putus dari pacarnya yang cantik jelita itu. Nadia enggan menyebut namanya karena dia punya kenangan buruk dengan gadis itu.
Nadia juga memperhatikan Rere. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari Rere. Dia masih Rere yang berisik, suka heboh sendiri, dan terkadang ceroboh. Yang berbeda hanya caranya menatap Rio. Tiga tahun terakhir ia selalu melihat percikan setiap Rere manatap Rio. Namun akhir-akhir ini saat mereka berdua semakin dekat percikan itu justru hilang.
Beberapa saat kemudian Rere mematikan laptopnya dan mulai membereskan barang-barangnya dari meja. "Mau kemana?" tanya Nadia.
"Balik, mau tidur sebentar sebelum pergi kerja," ujar Rere melirik jam tangan. Ia lalu menepuk pundak Nadia dan Rio sambil berpamitan. Sehilangnya Rere dari pandangannya Nadia pun mengalihkan fokusnya pada Rio yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Lo serius kan sama Rere?"
Rio langsung mengangkat kepala dan menatap Nadia diam.
"Maksud lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chillin' Buddy [🔞21+]
Romance[Completed] Rere takut dirinya menjilat ludah sendiri. Dia bilang pria culun itu jauh dari kata tampan apalagi seksi. Nyatanya dia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya dari asisten dosen pembimbing sekaligus tetangganya itu. Jose memang culun...