Dia menaruh kotak roti itu di atas meja. Mata Jerico langsung berbinar. Tanpa permisi ia membongkar kotak roti itu dan memakan salah satu roti dengan semangat.
"Apaan sih? Kayak nggak makan setahun," sindir Jose sambil mendelik. Jose baru terbangun sekitar pukul 1 siang dengan keadaan terburuk. Tidak hanya kepala tetapi seluruh badannya terasa sakit. Lalu penderitaannya tidak cuman soal fisik tetapi juga pikirannya yang tidak bisa berhenti memikirkan kelakuan bodohnya semalam.
Jose bukan tipe orang yang bertindak impulsif seperti Jerico. Apalagi dikendalikan oleh perasaan. Yang semalam itu ia lakukan dengan sadar tetapi tidak dengan akal sehat. Ia berhutang permintaan maaf pada gadis itu. Di saat yang sama ia sadar bahwa kata maaf tidak akan cukup dan tidak akan semudah itu untuk meminta maaf. Rere bahkan sudah menghindarinya.
Siang-siang Jerico muncul di sekitaran apartemennya. Alasannya ia kebetulan lewat dan sekalian saja nongkrong di mini market terdekat. Jose tahu jelas itu alasan. Jerico bukan rakyat menengah yang suka duduk di depan mini market hanya untuk mencari wifi. Jerico jelas sedang mencari seseorang.
Jerico memutar bola matanya malas. "Nanti gue ganti sama yang lebih mahal!" sahutnya membuat Jose mendengus.
"Nggak butuh!" Jose menegak habis susu steril dari kaleng bergambar beruang. Jerico langsung menjauhkan roti dari mulutnya. Ia memandang Jose penuh selidik.
"Marah-marah mulu lo, lagi mens?"
Jose hanya melirik sekilas kemudian membuang pandangan sambil menghela napas.
"Siapa yang marah?"
"You, asshole."
"Shut your fuckin mouth dude."
Jerico mengatup mulut. Jose tampak dingin dan mengerikan. Ada aura gelap di sekitar tubuhnya yang membuat Jerico merinding. Sobatnya ini kalau lagi badmood bakal nggak jauh beda seramnya dari lucifer.
Jerico kemudian merangkul leher Jose dengan akrab. "Gue bukan maksud buat ikut campur kehidupan pribadi lo, tapi gue bakal selalu ada buat jadi tempat curhat lo, oke?" ujarnya sambil menengok wajah Jose. Sedetik kemudian kepalanya langsung menoleh ke arah lain.
Jose jadi ikut menoleh. Dari kejauhan tampak dua gadis sedang berjalan ke arah mini market. Salah satunya mengenakan seragam minimarket tersebut. Mereka berdua tampak asik berbincang hingga tidak sadar bahwa mereka sedang diperhatikan.
Jose sekarang menemukan alasan mengapa Jerico tiba-tiba ingin nongkrong di tempat seperti ini. Belum sempat Jose bicara, Jerico sudah menegur gadis yang diincarnya. Nadia tampak menawan seperti biasa. Begitu juga gadis dengan rambut berkuncir kuda di sampingnya. Meski ia hanya berdandan tipis dan mengenakan seragam dengan warna ngejreng yang menyakiti mata, tetapi wajahnya tetap berseri. Kulit naturalnya bersinar. Bibir merah mudanya mengingatkan Jose akan perasaan ganjil yang ia rasakan semalam.
Setan dalam diri selalu mempertanyakan bagaimana rasanya mengecup, melumat bibir itu karena tampak luarnya saja sudah manis. Ternyata lebih manis daripada yang ia perkirakan. Jelas sekali rasanya gadis itu membalas ciumannya dengan cara yang sama. Ada sengatan bertegangan tinggi yang membuat mereka tanpa sadar menyatukan tubuh. Seperti dua kutub magnet. Apa yang akan terjadi semalam kalau ia tidak menahan diri?
Jose memijat keningnya. Sedang memikirkan apa dirinya? Sial, mungkin dia masih dalam pengaruh alkohol.
Gadis-gadis itu sejenak menatap mereka heran. Kemudian Nadia membalas sapaan Jerico dengan heboh sementara Rere sibuk memalingkan wajah. Ia tampak ingin berbalik pergi dan membisikan sesuatu pada Nadia tetapi Nadia terlanjur menarik tangannya untuk menghampiri meja Jerico dan Jose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chillin' Buddy [🔞21+]
Romance[Completed] Rere takut dirinya menjilat ludah sendiri. Dia bilang pria culun itu jauh dari kata tampan apalagi seksi. Nyatanya dia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya dari asisten dosen pembimbing sekaligus tetangganya itu. Jose memang culun...