Pagi ini Rere tidak perlu menggunakan emosi saat mematikan alarmnya. Sebab sejak semalam ia sama sekali tidak memejamkan mata. Matanya terasa sangat berat, tetapi ia tidak bisa memejamkannya. Setiap ia menutup mata akan muncul adegan ciumannya dengan Jose semalam. Rere benar-benar takut untuk mengingat kejadian itu.
Dia pikir dengan membuka mata semalaman, kejadian itu akan hilang dengan sendirinya. Ternyata tidak. Bayangannya tetap ada sekalipun Rere berusaha menyibukkan diri dengan ponselnya.
Akhirnya Rere menjauhkan ponsel. Ia mencoba menutup mata dan membayangkan hal-hal tak senonoh. Tangannya mulai mengelus-elus kemaluannya sendiri dari luar celana dalam. Biasanya dengan masturbasi begini tubuhnya akan rileks dan dia bisa lebih cepat tidur.
Ia akan membayangkan Rio, pacarnya sedang menyentuh tubuhnya. Sialnya baru satu adegan wajah Rio langsung berganti dengan wajah Jose. Rere langsung menghentikan imajinasinya. Seketika ia teringat mimpinya waktu itu. Sial dua kali. Harusnya dia sudah lupa dengan mimpi basah siang bolongnya itu.
"Agghhh!" Rere berteriak dalam bantal. Semua ini salah Jose yang dengan brengseknya mencium Rere. Sudah begitu, dia jago berciuman. Rere ingin berteriak lagi. Dia merasa dirinya sudah tidak waras.
Tak lama kemudian matahari terbit, Rere merasa sangat lelah tetapi tidak ingin menutup mata lagi. Ia berusaha mendistraksi pikirannya dengan membereskan kamar. Ayahnya bisa muncul kapan saja, dan beliau tidak akan suka melihat kamar Rere yang belum memenuhi standar kebersihan hakikinya.
Rere mulai dengan membereskan meja belajarnya, lalu lanjut dengan kasur. Lewat tiga puluh menit sejak ia memulai kegiatan bersih-bersih. Rere sudah tidak lagi menemukan mimpi buruk itu. Ia telah tenggelam dalam kesibukannya mengatur ulang rak buku juga membersihkan kaca balkon.
Matanya sesekali melirik waspada ke arah balkon kamar Jose. Laki-laki itu mungkin masih belum sadarkan diri. Rere mendengus, memikirkan Jose membuat kepala dan hatinya memanas. Bisa-bisanya dia dengan kurang ajarnya mencium Rere seperti kemarin. Sekarang Rere tidak tahu mesti bagaimana menghadapinya. Ia takut kalau hanya dirinya saja yang mengingat apa yang terjadi semalam. Sementara Jose yang dalam pengaruh alkohol tidak mengingat apa-apa sehingga itikad untuk minta maaf tidak akan pernah ada juga. Rere akan dianggap berhalusinasi karena satu-satunya yang menganggap kejadian itu nyata.
"Ck!" Rere sudah mengangkat pot bunga tanaman kaktusnya untuk dilempar ke pintu kaca balkon Jose. Namun, tekadnya tidak sekuat itu. Akhirnya Rere menaruh kembali pot kaktusnya dan menghela napas. Rere masuk kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal.
Beberapa jam berlalu sejak Rere selesai membereskan kamarnya. Rere baru menyadari ponselnya kehabisan batrai setelah merasa tidak menerima kabar apapun dari ayahnya. Ketika menyala banyak notifikasi yang membanjiri ponselnya. Salah satunya jelas dari Rio yang mengkhawatirkan Rere karena tidak membalas pesan dalam waktu lebih dari 2 jam.
Rio : Kamu belum bobo?
Rio : Gnight cutie, sleep well, jangan mimpiin cowok lain ok
Rio : Gmorning babe, sarapan bareng yuk?
Rio : Babe, hello?
Panggilan tak terjawab 10x.
Rio : Yang, kamu masih tidur?
Panggilan tak terjawab 12x.
Rio : Re, kamu nggak kenapa-napa kan?
Rio : Kalau kamu masih nggak bisa dihubungin, aku otw tempat kamu skrg.
Mata Rere membulat melihat pesan terakhir. Pesan itu baru dikirim 5 menit yang lalu. Rere langsung memencet tombol panggilan video pada Rio. Dalam waktu hitungan detik laki-laki itu langsung menjawab panggilannya. Tampaknya Rio sudah menuju ke mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chillin' Buddy [🔞21+]
Romance[Completed] Rere takut dirinya menjilat ludah sendiri. Dia bilang pria culun itu jauh dari kata tampan apalagi seksi. Nyatanya dia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya dari asisten dosen pembimbing sekaligus tetangganya itu. Jose memang culun...