Bab 17

45.1K 1.7K 91
                                    

Wajah wanita itu langsung tertekuk setelah melihat ponselnya. Ia menghela napas cukup kencang hingga terdengar seperti geraman kekesalan. Laki-laki yang sibuk menciumi perut telanjangnya pun langsung menaikan posisinya hingga wajah mereka sejajar.

"Why, Babe?" tanyanya. Sementara wanita berhidung mancung itu mendengus lagi.

"Kamu jadian sama cewek itu?" Queena menatap sinis Rio. Sementara Rio hanya membalasnya dengan seringaian kecil.

"Loh, kok kamu baru tahu, sih?" kata Rio. Queena mendorongnya menjauh. Rio pun membanting diri di sampingnya. Rio ingin memeluknya tetapi Queena buru-buru bangkit dan membersihkan sisa kebejatan mereka di sekitar selangkangannya menggunakan tisu. Lalu ia melempar tisu tersebut ke wajah Rio.

Rio menghela napas lelah. Ia ikut bangkit dan menyergap Queena dalam pelukannya. Ia menciumi pundak mulus Queena dengan mesra. "Cemburu, ya?"

"Ngapain, kan kita sudah jadi mantan," sahut Queena ketus.

"Mana ada mantan masih bobo bareng," ujar Rio "And you know what? Aku masih sayaaang banget sama kamu, aku nggak pernah sesayang ini sama orang," tambahnya kemudian mencium lembut pipi Queena dan mendekapnya erat.

"Terus kenapa kamu malah jadian sama cewek itu? Dia itu cuma kasir, memang kamu mau dikatain downgrade?"

Rio terdiam. Ia membiarkan Queena membenamkan kepala di dadanya. "Supaya orang-orang kira aku sudah move on dari kamu. Terus kenapa kalau dia kasir? Dia baik kok."

"Terlalu baik sampai mau kamu bohongin."

"Terus dia cantik, body-nya bagus."

Queena langsung merengut tak suka. Rio hanya tertawa. Ia mengusap kepala Queena. "Kalau kamu mau balik sama aku, aku bakal putusin dia, gimana?"

Queena menjauhkan dirinya. Ia bergeleng kuat. "Kamu tahu, aku saat ini nggak bisa dimiliki oleh siapapun."

Rio tidak suka wajah serius Queena. Dari awal mereka pacaran Queena selalu menolak untuk berkomitmen. Kalau bukan karena dirinya yang tidak kenal lelah, Rio tidak mungkin pernah menyandang status pacar Queena. Salah satu status terhormat menurut anak-anak kampus. Itu pula yang membuatnya semakin populer.

Namun, bukan kepopuleran itu yang ia kejar. Ia tidak pernah jatuh, sejatuh-jatuhnya kepada seorang wanita. Dibesarkan oleh budaya patriarki yang kental membuatnya selalu melihat wanita sebagai sosok lemah dan selalu membutuhkan laki-laki untuk menopang hidup. Tepatnya seperti sang ibu. Ibunya selalu duduk manis di rumah, menyambut suami pulang, dan melayaninya. Semua keputusan ada di tangan sang ayah.

Queena yang ia kenal tidak seperti itu. Dia perempuan yang tidak hanya cantik tetapi juga punya kekuatan yang besar. Ia mampu membuat semua orang tunduk dalam keinginannya. Ambisi besarnya mengantarkannya hingga menjadi finalis putri indonesia. Di belakangnya masih ada segudang prestasi lain dari berbagai bidang.

Rio lelah berdiri dengan label lelaki harus kuat, lelaki harus bisa memimpin, dan lelaki tidak boleh merasa sedih atau kecewa. Bersama Queena ia bisa menunjukkan sisi lemahnya. Queena tidak akan menghakimi dirinya yang terkadang lelah dengan kehidupan. Queena juga tidak akan mengejeknya jika ia menangis. Pelukan Queena selalu nyaman dan mengobati kerinduannya terhadap kasih sayang.

Entah sejak kapan tepatnya Queena mulai berubah. Tiba-tiba saja ia membuat keputusan bahwa hubungan satu setengah tahun mereka harus berakhir tanpa alasan yang jelas. Queena selalu berkata bahwa ia tidak ingin menyakiti Rio terlalu jauh, tapi enggan memberikan alasan yang sebenarnya.

"Queena..." Rio menggenggam tangannya dan memberinya tatapan memohon. Queena memalingkan wajah. Ia melepas tangan Rio perlahan.

"Maaf, tapi sebaiknya kita nggak usah bertemu lagi."

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang