Rere tidak bisa berhenti terpana dengan sekelilingnya. Bertahun-tahun ia dan Nadia berteman, rasanya bisa dihitung jari ia menginjakkan kaki di tempat ini. Rumah Nadia berada di kawasan perumahan mewah yang jarak tempuhnya lumayan memakan waktu dari area kampus. Ditambah Nadia tidak terlalu suka menghabiskan waktunya di rumah besarnya itu. Sekalipun segala fasilitas lengkap di dalamnya.
Seperti ukuran kamar yang bisa jadi 3 kali ukuran unit studionya. Interior kamar Nadia didominasi oleh warna putih dengan aksen hitam. Mereka sedang duduk di sisi kiri kamar yang terdapat satu set sofa bersandar membelakangi jendela besar. Di hadapan mereka ada ranjang king size dengan berbagai macam bantal karakter dan boneka di atasnya. Di seberang ranjang itu sendiri ada smart tv berukuran besar yang tampak menyatu dengan dinding dan, bagian kamar Nadia yang paling Rere kagumi adalah built-in closet yang dipenuhi dengan koleksi pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris milik Nadia. Tidak ketinggalan kamar mandi dalam yang tidak kalah mewahnya. Dengan segala kemewahan tersebut, Nadia tetap merasa ada sesuatu yang kurang dari rumah itu. Nadia tidak pernah menyukai rumah tersebut. Menurutnya rumahnya itu tidak terasa seperti rumah. Karena itulah dia lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah.
Hari ini agak berbeda. Ia mengajak Rere untuk datang ke rumahnya ketimbang dirinya datang ke apartemen Rere seperti biasa. Alasannya, rumahnya lebih dekat dari lokasi untuk melancarkan rencana mereka hari ini. Sebenarnya Rere agak curiga dengan Nadia. Kecurigaannya itu mengatakan bahwa Rere sedang berusaha menghindari seseorang. Tidak lain dan tidak bukan ialah Jose.
Rere mulai menyadarinya sejak mereka berpisah di perpustakaan. Meski hari itu Nadia berkata ia tidak terlalu yakin dengan perasaannya terhadap Jose, Rere bisa melihat matanya mengatakan sebaliknya saat Jose datang menghampiri mereka. Seketika juga Rere menyadari sorot mata kekecewaan ketika Jose bahkan tidak menoleh sedikitpun padanya. Setelah dipikir-pikir, Rere jadi merasa bersalah dengan sahabatnya itu.
Dia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang terjadi antara dirinya dan Jose pada Nadia meskipun dia sangat ingin berbagi cerita dengan Nadia. Bahkan ketika hubungannya dengan Jose sudah sejauh ini, jiwa pengecut Rere masih belum bisa berbagi cerita dengan Nadia. Ia sebenarnya tidak ingin seperti ini. Namun di sisi lain ia juga tidak ingin Nadia menjauh dan menganggapnya pengkhianat.
Rere memandang Nadia yang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya. Rere menarik napas dalam-dalam memenuhi paru-parunya demi menenangkan diri. Ia harus mengatakan apa yang ditahannya sejak beberapa waktu ini sebelum semuanya terlambat.
“Nad, gue mau kasih tahu lo sesuatu,” ujar Rere sambil menghela napas dengan pelan. Nadia mengangkat tangannya meminta Rere untuk berhenti berbicara karena ponselnya berdering.
“Halo, Bang, Gimana? Oh, oke, oke, siap, Gue sama Rere ke sana sekarang. Terima kasih banyak, ya, Bang.”
Rere hanya bisa mengatup mulut dengan perasaan campur aduk. Nadia pun memutuskan panggilan dari ponselnya.
“Oke, target sudah dilokasi, kita pergi sekarang,” ujar Nadia cepat-cepat memakai segala pakaian penyamarannya. Begitu juga dengan Rere. Sebelum keluar, mereka berdua berkaca di di cermin besar di samping ranjang Nadia. Hoodie, topi, kacamata dan masker itu justru membuat mereka lebih mencurigakan daripada penampilan asli mereka.
“Kayaknya nggak usah pakai topi dan kacamata deh, masker sama tudung hoodie ini sudah cukup,” usul Rere melirik pantulan diri Nadia di cermin. Nadia kemudian mengangguk. Mereka pun sama-sama melepas topi dan kacamata lalu memperbaiki penampilan diri.
“Oke, we’re ready! Oh my god, gue nggak sabar liat cewek sialan itu hancur!” ujar Nadia antusias sambil meraih kunci mobil.
“Lo jahat banget,” komentar Rere tapi sambil terkekeh. Sama sekali tidak ada simpati terhadap Queena di ucapannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chillin' Buddy [🔞21+]
Romansa[Completed] Rere takut dirinya menjilat ludah sendiri. Dia bilang pria culun itu jauh dari kata tampan apalagi seksi. Nyatanya dia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya dari asisten dosen pembimbing sekaligus tetangganya itu. Jose memang culun...