06||DIARY?

230 23 5
                                    

Kebahagiaan ini aku ingin merasakan lebih lama lagi, namun sulit dan sangat singkat.
-aqila.

...

Qila kini tengah mengeringkan rambutnya. Setelah ia pulang dari pantai dengan vano ia memilih untuk langsung membersihkan badannya.

Beruntung kedua orang tuanya belum pulang dan kedua abangnya tidak ada dirumah. Jadi ia hari ini ia bisa bebas dari siksaan mereka.

Saat qila selesai mengeringkan rambutnya, qila mendudukkan dirinya di kursi meja belajar.

Ia mengambil buku berwarna ungu pastel itu yang sudah seperti menjadi teman bagi qila. Ia sering menulis tetang hari-harinya, sebut saja buku itu buku diary qila. buku itu sudah 9 tahun lamanya bersama qila.

Sempat rusak dan masih bisa qila perbaiki, qila memberikan nama buku diarynya ' Diary of Aqila story ' qila selalu menjaga diary agar tidak rusak, dan orang lain tidak mengetahuinya.

Saat ia merasakan sedih, senang qila biasanya menyalurkan rasa itu ke buku diary tersebut.

Seperti sekarang, qila mulai menggoreskan bolpoin itu ke 82 halaman dari 100 halaman buku diarynya.

*DIA*

05-09-2021~

Aku kembali merasakan ketenangan saat bersama nya, ya vano. Dia sahabat kecilku sekaligus orang yang ku cintai secara diam.

Dia selalu bisa membuatku tersenyum, walaupun dengan cara sederhananya. Dan aku menyukai itu.

Aku hanya berharap untuk bisa memilikinya. Namun, apa bisa tuhan mengabulkan permintaanku?

Jika tidak, biarkan aku mencintai secara diam tanpa ia ketahui.
Dan terus bisa Merasakan kebahagiaan itu.

Aqila:)

Qila kembali menyimpan diary itu, di tempat novel-novelnya. Qila memang suka membaca, apalagi novel.

Ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah balkon kamar.

Qila duduk di sofa yang terdapat di balkon itu, dan menatap langit malam yang menurut indah.

Ia membiarkan angin berhembus kencang membiarkan tubuhnya yang sedikit dingin.

Tenang, itulah yang qila rasakan. Qila memejamkan matanya dengan senyum yang sedari tadi tidak luntur.

Entah mengapa qila sangatt menyukai malam, hujan, dan pantai.

Meraka bisa membuat qila menjadi tenang dan damai.

Saat qila tengah asik memejamkan matanya ia teringat saat Arvan menolong dirinya, Abang pertama qila. Yang meninggal akibat kecelakaan mobil saat menyelamatkan perempuan itu.

Flashback...

"Abang ayo ke sana , ala pengen beli eskrim di sana." Ucap gadis kecil yang berumur 11 tahun itu.

"Iya, ala ga usah lari-lari ntar ketabrak." Pekik Arvan yang melihat adiknya berlari ke arah jalan.

Panggilan Arvan untuk qila, 'ala'. Hanya Arvan yang boleh memanggil qila dengan sebutan ala.

AQILA(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang