Happy reading..
"Maaf ma, a-aku ga tau kalo ini punya mama" jawab qila dengan bergetar.
Rita menjalan mendekat ke arah qila lalu menjambak rambut gadis itu.
"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI. APA BISA KAMU TIDAK MEMBUAT ULAH TRUS MENERUS HAH!!." Bentak rita kepada qila sambil menghempas tubuh gadis mungil itu ke lantai.
Ia menginjak tangan anaknya sendiri tanpa rasa kasihan. Ia tidak memperdulikan tangisan Aqila.
" SAYA MENYESAL SUDAH MELAHIRKAN ANAK SEPERTI KAMU AQILA. DASAR ANAK PEMBAWA SIAL."
"Apa sebegitu hiks bencinya mama sama qila?." Tanya Aqila sendu.
"IYA SAYA BENCI SAMA KAMU AQILA, SANGATT BENCI." jawab Rita sambil mencengkram kuat rahang qila.
"S-sakit mah, to-tolong hiks jangan siksa aku hiks.."
"INI BELUM SEBERAPA DENGAN KAMU YANG SUDAH MEMBUAT ANAK SAYA MENINGGAL AQILA!!." Teriak Rita menampar pipi Aqila.
"KENAPA BUKAN KAMU YANG MATI, KENAPA HARUS ARVAN!!." lanjut Rita.
"Bukan aku yang
Plak...
Plak...
Belum sempat qila menyelesaikan ucapannya, ia lagi-lagi mendapatkan tampar keras dari Rita sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"BERANI-BERANINYA KAMU MENJAWAB UCAPAN SAYA HAH!! KAMU MAU MENGELAK DARI KESALAHAN KAMU IYA!!."
Qila hanya diam, tak menjawab lagi. Kepalanya terasa berputar saat Rita membentur kepala qila ke sudut meja makan.
Tapi hati qila? Jauh lebih sakitt dibandingkan rasa sakit fisiknya.
Art yang melihat itu hanya memilih untuk diam. Ingin rasanya mereka membantu gadis itu. Tapi jika mereka membantu perkerjaan mereka yang akan terancam.
"Bangun kamu." Rita menarik paksa tangan qila untuk berdiri.
Qila hanya pasrah, sekuat tenaga qila berdiri agar tidak ambruk sekarang disini.
Rita menyeret qila ke arah gudang rumah itu. Saat sampai di gudang ia kembali menghempaskan tubuh aqila kelantai yang dingin dan kotor itu.
"Awas kalau kamu keluar dari sini." Ancamnya kepada qila lalu pergi dari gudang itu.
Rita kembali sambil membawa ember yang berisikan air dingin dan menyiram tubuh qila dengan air yang ia bawa entah dari mana.
Ia bahkan tanpa belas kasihan meninggalkan gadis kecil itu sendirian di gudang yang gelap itu.
Mata hatinya seakan ditutup dengan rasa bencinya ke pada anaknya sendiri.
Ia menatap punggung Rita yang perlahan menghilang dibalik pintu.
"Qila istirahat s-sebentar tuhan." Ucap qila pelan sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
...
Waktu yang selalu ditunggu oleh semua murid kini tiba.
Vano sedari tadi gelisah saat tidak mendapatkan kabar dari sahabatnya.
Tidak biasanya gadis itu tak sekolah, apalagi dari tadi malam hp perempuan itu tidak aktif. Batin vano.
Pikirinnya selalu tertuju pada gadis itu, ya Aqila. Ia terus menghubungi nomor Aqila tapi tetap tidak aktif.
"Lo kemana sih la, jangan bikin gue panik la." Ucap vano tertuju untuk qila.
Vano kini tengah berada di rooftop gedung sekolahnya. Bahkan ia tidak pergi ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA(ON GOING)
Teen FictionREVISI KALO UDAH TAMAT! DIVOTE!! JANGAN BACA DOANG ELAH! JAN PLAGIAT! HARGAIN AUTHOR YANG BIKIN YE!!! PLAGIAT JAUH-JAUH DARI LAPAK SAYA, SAYA GAK BUTUH PLAGIAT🚫 ⚠️⚠️⚠️ JANGAN BAWA-BAWA CERITA LAIN KE LAPAK INI KALO GAK MAU DISEMPROT AUTHOR ✔️✔️ IYA...