29||MAKAM

185 19 4
                                    

Vote dan komen jangan lupa tinggalin ⚠️

Happy reading:v

••••

Qila memasuki gerbang sekolah SMA bakti dengan Julian disampingnya. Seperti biasanya, banyak pasang mata yang melihat mereka dengan kagum. Memarkirkan motor mereka berdua ditempat biasanya.

Hari ini qila kembali sekolah seperti biasanya setelah lama menghilang, saat membuka helm, vano baru saja sampai dengan motor sportnya lalu memarkirkan motor itu disamping motor sport qila.

Qila melirik sebentar ke arah vano,-" ayo kak." Ajak qila pada Julian untuk memasuki sekolah tanpa menghiraukan keberadaan vano.

"Qila, tunggu." Kejar vano menahan tangan qila.

Mereka berdua berbalik ke arah vano, mata qila menatap vano seakan bertanya? Wajahnya tetap datar tanpa ada kata senyum sedikitpun.

"Kamu kemana aja?, aku kangen kamu la." Ucapan Vano membuat qila dan Julian saling pandang.

"Kamu?." Tanya qila datar tanpa menjawab pertanyaan vano.

"Aku tau aku selama ini salah, udah nyakitin hati kamu. Maaf, aku bener-bener mau ulangin hubungan kita lebih baik lagi la." Qila bisa melihat dari pancaran mata laki-laki itu bahwa ia benar bersungguh-sungguh.

Qila tersenyum manis, lalu tangannya terangkat untuk mengelus lembut pipi laki-laki dihadapannya. Orang yang berada disana menyaksikan apa yang akan di buat oleh gadis mungil yang memiliki mata coklat indah itu.

Kuku indahnya mulai menggores rahang tegas sang pacar, melukis Indah disana dengan cairan kental berwarna merah gelap mulai menetes. Vano tak meringis sama sekali, memejamkan matanya merasakan perih di setiap goresan itu. Membiarkan gadisnya berbuat apa pada tubuhnya, matipun ia siap untuk membuktikan bahwa kali ini benar bersungguh-sungguh.

Orang-orang yang melihat kejadian itu berteriak histeris dengan kenekatan gadis itu perbuat, apalagi di pekarangan sekolah itu. Julian yang masih setia disamping gadis itu hanya diam melihat qila yang melukai vano, ia bingung ingin menghentikan aksi qila.

Qila tersenyum puas melihat hasil karya dari kuku-kuku tajam dan indah miliknya. Melihat darah mengalir adalah kesenangan tersendiri bagi diri nya, jeritan kesakitan mereka adalah nyanyian merdu yang mengalun indah ditelinga nya. Ini belum seberapa dengan aksi-aksi sebelumnya, ini baru permainan awal dari segalanya.

"Kenapa berhenti? Ini belum seberapa dengan apa yang aku udah lakuin ke kamu qila." Ucap vano membuka matanya, menatap lirih gadis itu tanpa memperdulikan keadaan dirinya yang akan di cap sebagai laki-laki dingin yang bisa bertekuk lutut hanya karena seorang gadis.

"Karena tujuan awal gue bukan untuk ngebunuh lo." Jawab qila meninggalkan vano disana dengan Julian yang ikut berjalan disamping gadis itu, ia menepuk-nepuk pundak qila pelan lalu tersenyum.

"Gue duluan ya kak." Setelah berucap pada Julian, qila pergi menuju toilet untuk membasuh darah vano yang masih ada ditangannya.

•••

Qila, Arvind dan anggota inti BLACK WOLF memarkirkan motor Ducati mereka masing-masing di tempat parkiran pemakaman. Mereka semua memakai jaket yang sama dengan celana jeans hitam. Qila membuka kaca mata hitam yang tadinya melekat di wajah datar itu.

Mulai berjalan melewati gundukan tanah yang mengelilingi area pemakaman luas itu. Wajah ke lima orang itu sangat datar dan dingin, Setelah sampai di salah gundukan tanah yang bertuliskan nama Arvan Aldebaran Atmaja, mereka melingkari makam Arvan dengan berjongkok.

Semua diam menatap makam itu dengan binar kerinduan, apalagi qila dan Arvind yang begitu dekat dengan Arvan, laki-laki penyabar yang begitu baik hati, sifat Arvan berbanding balik dengan dengan sifat saudara-saudaranya, namun sayang ia telah dulu dipanggil oleh sang maha kuasa, begitu cepat bagi mereka, ingin bertemu namun tak tau harus apa, hanya menahan kerinduan yang tidak akan bisa terobati.

AQILA(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang