17. EGOIS

43.7K 3.3K 215
                                    

━─❀𝙿𝙰𝙽𝙶𝙰𝚁𝙴𝙺𝚂𝙰❀─━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━─❀𝙿𝙰𝙽𝙶𝙰𝚁𝙴𝙺𝚂𝙰❀─━

JANGAN LUPA VOTE+KOMEN🤍

HAPPY READING🤍

◤─────•~❉✿❉~•─────◥
Berpikirlah, sebelum hasil perbuatanmu nanti akan berakhir dengan kata 'maaf'.
◣─────•~❉✿❉~•─────◢

17. EGOIS
────────

Pandangan Aurora sejak tadi tidak beralih dari meja pojok kiri kantin sekolah, yaitu meja Reksa dan teman-temannya.

Benar yang di katakan orang, tidak ada yang murni dari pertemanan antara perempuan dan laki-laki, hingga dirinya terjebak dalam perasaan seperti ini.

Elkie menarik kursi dan duduk di samping Aurora. "Cielah, Friendzone."

"Bacot lo beda agama," ejek Aurora tidak mau kalah.

"Sialan," umpat Elkie kesal.

Shuhua terbahak. "Ribet lo pada. Untung gue jomblo, gak ada drama gitu-gituan,"

"Lo mah bukan jomblo, tapi gak laku." tutur Aurora membalas perkataan Shuhua.

Shuhua menghentikan kunyahan makanannya dan menatap Aurora gemas, ingin sekali rasanya mencekik leher sahabatnya itu sekarang juga.

Elkie menepuk pundak Shuhua memberi semangat. "Ngalah aja, Aurora kalo debat, pinter."

"Aurora ngeliatin lo mulu noh," Gibran mengarahkan dagunya pada meja Aurora.

Dengan cepat Reksa menoleh.

"TAPI BOONG! YHAAAAA!" ngakak Gibran ketika berhasil mengerjai ketuanya itu.

"Sialan," umpat Reksa.

"Ngarep kan lo, Sa?!" Ronel menaik-turunkan alisnya.

"Gak!"

Delvin berdecak. "Lo mah, kalo suka tinggal bilang. Di ambil orang mampus,"

"Gue gak suka sama Aurora. Kita cuma temen," tekan Reksa.

"Sorry, gak percaya." ucap Delvin dengan nada mengejek. Sontak saja membuat teman-temannya tertawa mendengar penuturan Delvin.

Reksa meletakkan sendoknya kasar. "Gue bakal buktiin ke lo semua, kalo gue gak ada perasaan apapun sama Aurora."

Bima tersenyum miring kemudian berdiri dari duduknya. "Gak perlu buktiin ke kita, buktiin ke diri lo sendiri." Bima menoleh pada teman-temannya. "Lo pada gak mau masuk? Bel udah bunyi," ujarnya kemudian pergi keluar kantin.

Pak Rianto selaku guru kesenian berjalan memasuki kelas XII IPS 2 seraya membawa gitar di tangannya.

"Siang anak-anak," sapa Pak Rianto setelah meletakkan gitar itu di kursi.

PANGAREKSA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang