17. Kemarahan, Sabila, Lisa

2.4K 281 59
                                    

Haiii up nihhhh!

Uwooo sorry kali chapter ini agak ga nyambung abis pts agak hmm

Eh Besok aku vaksin dong! Kalian udah belum??

Agak takut lama ga berhadapan sama jarum suntik😭

Ok langsung baca aja deh

Jangan lupa vote dan comment ❤❤

Happy Reading❤❤

Jeon menunduk ketika sang ayah menyuruhnya duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon menunduk ketika sang ayah menyuruhnya duduk. Ruangan berdominasi hitam dengan gaya klasik moderen itu terasa mencekam. Guntur---ayah Jeon menatap putra keduanya dengan tatapan tajamnya, tangannya mengepal diatas meja.

Brak

Gebrakan keras terdengar, Jeon terlonjak kaget namun tak bernai untuk sekedar mendongak. Dia tahu kesalahannya kali ini sudah di luar batas. " Papa kecewa sama kamu Jeon! " seru pria paruh baya itu.

" Maaf Yah.."

" Maaf aja ga akan mengembalikan keadaan, ayah  ga pernah ngajarin kamu lari dati masalah Jeon. Ayah bener-bener kecewa sama kamu kali ini Jeon. Seandainya kamu ga lari dari masalah Ayah ga akan semarah ini "

" Maafin Jeon Ayah "

" Ayah capek denger kata maaf dari mulut kamu, tapi kamu ga pernah berubah Jeon " Guntur menghela nafas kasar, memijit pelipisnya yang terasa pening.

" Kamu kembali membuat Ayah kecewa Jeon " lanjut pria paruh baya itu.

" Besok, ikut Ayah menemui keluarga Cakrawala kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan. Silahkan keluar semua fasilias kamu papa sita untuk sementara, uang jajan kamu ayah potong " ucap Guntur dengan tangan menunjuk pada pintu memper-mengusir Jeon dari ruangannya.

Jeon mendesah kasar kemudian dengan lamgkah berat keluar dari ruangan kerja sang ayah.
" Dikukum 'kan lo? Gue udah bilang dari awal semuanya ga akan selaly baik-baik aja. Keberuntungan ga selamanya ada sama lo " suara itu mengalihan perhatiannya. Jeon menoleh mendapati Wisnu yang kini bersandar pada tembok dengan kedua tangan di silangkan didepan dada.

" Ta-"

" Masuk kekamar, sebelum gue hajar lo Je. Lo keterlaluan selama ini " Wisnu menatap tajam pada Jeon membuat si cowok bergigi kelinci itu menghembuskan nafas kasarnya lalu segera berjalan menuju kamar.

Bruk

Jeon melemparkan tubuhnya pada ranjang, menutup matanya. " Siyalan " gumamanya pelan dengan tangan yang sibuk memijit pangkal hidungnya.

Cowok itu membuka matanya melirik pada lukisan di meja belajarnya. Jeon berdecih kasar kemudian meriah lukisan indah itu dengan gerakan cepat. Keluar dari kamar menuju halaman depan rumahnya untuk memhuang lukisan berisi gambaran dirinya dan Rosa.

Hey Jeon!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang