[59] Loud

299 75 57
                                    

Votenya jangan lupa ya. Puas²in partnya panjang ini.

Aku berteriak, semakin mengamuk selagi sisi kejam Jay muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berteriak, semakin mengamuk selagi sisi kejam Jay muncul. Dia membuatku tersedak. Darah menyembur di mana-mana, terutama karena aku meludah ke arahnya. Semakin dia menjejalkan darah basi, semakin aku memberontak.

Pahit dan asam sekali darah itu. Saking mualnya, air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Sangat mengecewakan bahwa tindakan Jay membuatku sangat ingin hidup. Aku tak mau mati sia-sia. Aku harus bertahan dengan segala cara. Kalau aku kalah dalam pertempuran tidak imbang—tangan kakiku terikat—tidak ada yang bisa menyelamatkan diriku.

Aku sedikit berharap pada keajaiban. Siapapun yang datang untuk melerai pertikaian ini, akan kusambut dengan baik. Aku jadi mengingat Minhyun dan lainnya. Pasukan yang Appa kirim demi mengawalku sudah tidak berguna. Mungkin saja mereka sedang berkelahi dengan anggota Polaris. Hanya keajaiban bahwa mereka bisa damai dan ....

BRAK!

Belum selesai aku berkomentar di dalam kepalaku sendiri, seisi rumah berguncang hebat. Benda-benda berkelontangan jatuh, lalu permulaan tanah retak. Baik aku dan Jay terjatuh ke dalam lubang. Kondisi Jay lebih baik. Dia bisa menghindari reruntuhan, sementara aku tertimpa hujan material serba tajam. Goresan-goresan itu menyakitkan dan menusuk semua badanku. Perih, tapi tak lama lagi, material yang masuk ke tubuh bakalan melenting keluar selagi luka-lukaf fisik sembuh.

Erangan sakit membuat Jay meraih tubuhku. Bahkan dalam sekarat kena tumpah beton rumah tua, aku tetap diseret oleh dirinya. Kondisiku yang sekarat pun, dia tidak akan membiarkan aku sendirian.

Bayang-bayang di balik abu pekat hadir. Kepulan-kepulan asap semakin membumbung selagi kilatan emas mencuat bak kilat di tengah badai. Kukira percikan api dari arus listrik rumah yang korslet. Namun, kilat itu menghantam punggung Jay. Pemuda itu terbanting demi menghindari lebih banyak goresan. Dia menggelinding secara menyamping, sehingga sabetan itu mengenai rambutku.

Gila!!!!!

Omooo..... my hair!

Sesuatu yang lembut dan ringan jatuh mengenai kaki. Rambut tipis yang susah payah dipelihara olehku, malah terpotong begitu saja. Tidak tanggung-tanggung, pendek sekali sampai sebahu.

Hah, kilat menyebalkan! Apakah kilat tidak membakar rambutku? Kenapa tidak ada bau hangus?

"Yuri-ya, neo gwaenchana (kau tidak apa-apa)?" Dia memelukku. Dengan tangkas melucuti ikatan di tangan dan kakiku.

Detak jantung bak musik itu mencapai telinga. Sebagian wajahku menempel di sana, berkat perlindungan seseorang yang datang.

Ah. Ksatria Gyeonghui akhirnya datang. Aku tidak perlu tudung jaket demi bersembunyi dari kerumunan. pelukannya sudah cukup memberikan keamanan untukku. Dia menarik wajahku, menatap kengerian atas mukaku yang belepotan darah amis.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang