[2] SERANGAN

1.8K 347 35
                                    

Seperti yang sudah diprediksi, gerombolan hiena gila menyerangku. Hujatan sudah tidak bisa dibendung di kolom unggahan akun pribadiku. Banyak kata-kata kasar dialamatkan padaku, seperti bentuk tubuh, wajah dan prestasiku yang termasuk kategori pas-pasan.

Sudah cukup tasku raib setiap menjelang latihan dan saat ditemukan malah digantungkan di punggung rangka palsu manusia di laboratorium sains. Aku selalu khawatir saat latihan, selalu ada yang bersikap jahil. Namun, serangan semakin kuat usai semua orang melihatku dicium Sunghoon dan video kami bertebaran di laman sekolah dan situs media lain. Ayolah, itu cuma peran. Akan tetapi, kenapa hiena-hiena ini tidak bisa membedakan yang mana tuntutan drama dan yang mana realitas?

Kali ini bukan diam-diam lagi. Serangan mereka semakin berani. Aksi vandalisme itu sudah merugikan sekolah.

Mejaku penuh coretan berisi umpatan tidak pantas. Loker penuh sampah dan kado bangkai tikus. Tidak hanya itu, yang paling terparah adalah beberapa buku pelajaran direndam dalam wastafel toilet anak laki-laki yang mengalir. Praktis aku berbohong pada guru kalau aku lupa membawa buku dan tidak mengerjakan PR. Akibatnya, aku kena pengurangan poin.

Aku malas meladeni para pengganggu. Kalau aku mengadu ke guru, tingkat gangguannya semakin meningkat. Kupikir, dengan menjauhi Sunghoon, gangguannya akan berhenti. Aku senang akhirnya drama sudah rampung, jadi aku akan mengundurkan diri dari klub dalam waktu dekat. Ada sedihnya juga kalau kami tidak bersama. Pilihan terbaik yang sanggup aku pikirkan hanyalah mengamati ketampanannya secara diam-diam dan dari kejauhan. Sakitnya dirundung sudah membuatku sesak. Jatuh cinta ke Sunghoon sangat menyiksa. Tidak sepadan dengan buku-buku yang hancur saat kusetrika agar lekas kering.

Omong-omong, siapa sebenarnya Sunghoon sampai punya sasaeng (penggemar yang suka menguntit dan sering kelewat batas) tersebut?

Selain tampan, oh, aku muak mengatakan berulang kali kalau dia tampan, tapi itu fakta. Kabar yang beredar, Sunghoon putra dari konglomerat. Aku tidak tahu perusahaan yang mana, tapi jika melihat selera pakaian, tas dan sepatu dari merek terkenal, kabar itu tidak bisa dipungkiri. Masalahnya, Sunghoon sangat tertutup setiap ada pembahasan bagaimana penampakan rumahnya atau mobil. Dia sering naik bus tiap pulang pergi ke sekolah. Siapa yang tidak suka pacar kaya raya, tetapi low profile?

Aku sih, tidak. Orang tuaku memberikan uang serba lebih, sehingga kata kaya tidak ada dalam kamusku. Aku bebas bersenang-senang menikmati hidup, terutama di bidang akting. Aku sedikit berharap ada manajer perusahaan yang datang memberikan kartu nama dan menyuruhku ikut casting sebagai aktris drama. Namun, parah sekali, tidak ada yang datang.

Hanya karena drama, aku terus meratap kesal. Banyak yang menjauhiku semata aku resmi menjadi samsak tinju para iljin (perundung) di sekolah. Kebanyakan dari mereka berwajah kucing berpoles riasan murah. Lebih gilanya, Kim Minji, ketua keonaran adalah satu penggemar obsesif Sunghoon. Jika ada yang ketahuan menyapa Sunghoon, siap-siap kena hajar gadis itu.

Aku sial berhadapan dengan Minji. Dia selalu mengklaim Sunghoon adalah pacar sejatinya.

Dramatis sekali. Sunghoon tidak pernah menyapa Minji sama sekali. Itu yang aku saksikan selama melihat betapa cari perhatiannya Minji pada Sunghoon.

Aku menyesal aktif di teater drama. Seharusnya aku menjadi tokoh lain saja. Jangan menjadi Hoojoo yang disukai Jaebum. Tak masalah jadi pohon yang membatu dua jam, asal tidak kena gigitan dan ciuman Sunghoon semalam.

Ah, memikirkan Sunghoon hanya akan membuatku kelelahan terus. Aku duduk berdiam diri di kelas, sengaja melewatkan jam makan siang. Paling-paling kalau aku ada di kantin, akan ada satu gadis yang menjegal kakiku sehingga jatuh tersandung, lalu isi makanan di nampan stainless tumpah ruah. Ini akan menjadi tidak menyenangkan. Aku juga menolak menjadi pusat perhatian dan tertawaan para siswa.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang