[50] GUNUNG ES DI TENGAH LAUT

599 105 47
                                    

Babnya mayan banyak. Udah 1800-an kata lho. Ayokkk votenya yak. Spoiler : Hmmmmmm........ jumpalitan deh!

 jumpalitan deh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Yeah. Pulang itu menyenangkan karena jarak vila sangat dekat, plus Sunghoon harus mengambil pedang yang tertinggal. Aku mendelik aneh saat Sunghoon menawarkan peristirahatan. Seperti yang ditebak semua orang, Jake yang pertama setuju. Dia mengabaikan tugasnya sebagai wakil ketua ekspedisi semata keingintahuan soal rumah singgah yang kuhuni berdua dengan Sunghoon.

"Wuah..... tempat persembunyian vampir ya harus begini, hangat, sepi, mewah dan sayangnya tidak punya stok minuman! Apa-apaan ini, Sunghoon-ah?" Pujian dan sindiran itu datang dalam seperkian detik dari mulut Jake.

Aku tidak keliru jika seperti ini. Tempat tinggal harus punya persediaan makanan, tetapi Sunghoon tidak peduli soal itu. Dia terlalu patuh dan menerima semua aturan Gyeonghui, bahwa semuanya punya jatah sendiri-sendiri.

"Kita belum pernah duduk, ayo singgah sebentar," ajak Jake. Tanpa segan membuka pintu rumah. Dia tidak peduli tata krama. Baginya, rumah Sunghoon adalah rumahnya. Sepatunya terlempar sembarangan. Jake bersorak dan meloncat norak ke sofa. Kekuatannya yang berlebihan menyebabkan sofanya ringsek seketika.

"Upsss .... maaf," Jake berkata tanpa bersalah.

"Jonghwi bagaimana?" tanya Byeomgyu.

"Masukkan saja ke dalam salah satu kamar. Kita jaga giliran," jawab Jake tidak peduli. Tubuh Jake tidak pernah bisa diam. Dia mengintip satu per satu kamar untuk dinilai.

"Kamar terbesar yang ini bagus. Aku akan senang hati tidur kembali. Lagi pula, tiga tahunku melelahkan karena seseorang. Aku tidak bisa menjadi siswa SMA," Jake menarik napas dan menatapku prihatin. "Kau juga, Nona Yoo. Seharusnya kau sudah menjadi mahasiswi baru, itu jika nilai semestermu baik dan hasil CSAT mendukungmu masuk perguruan tinggi."

"Tutup mulutmu!" Aku menyahut, sama sekali tidak tertarik untuk mematahkan lehernya. Anehnya aku malah tertawa dengan nasib kami yang tidak punya masa depan.

"Aku akan menjaga Jonghwi, kalian istirahat dulu." Sunghoon mengambil inisiatif.

"Aku boleh ikut jaga?" tanyaku.

"Tidak. Dia akan mengamuk. Aromamu itu masalahnya," tepis Sunghoon. "Masuk kamarmu, Yoo Yuri."

Bibirku mengerucut sebal, paham bahwa pekerjaan Tim Polaris tidak akan pernah selesai kalau aku terlibat.

Sunghoon mengambil alih tugas salah satu anggotanya. Dia menggiring Jonghwi ke kamarnya untuk dijaga. Jika Byeomgyu ikut serta, bukankah mereka akan membicarakan hal-hal penting juga? Mungkin menyelidiki lebih lanjut soal ingatan terakhir Jonghwi.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang