Beiduwey, ente tak lupe ngevote part ini?
****
Aku boleh menahan lapar dengan berdiam diri di kelas. Mengerjakan soal-soal di buku dan menandai catatan. Pola belajarku tidak berubah. Aku senang belajar lebih awal agar saat mendengar penjelasan guru, aku bisa menyerapnya secara cepat.
Namun, kantung kemih gagal menahan tampungan air dalam tubuh. Panggilan alam menyebabkan aku bergegas pergi menuju bilik yang menyebabkan duniaku terbalik. Untuk pertama kalinya aku menjadi seorang pelaku atas perkelahian yang tidak imbang.
Aku sendirian dan agak waswas saat membuka pintu toilet. Aku khawatir dengan penyerangan yang bakal menerkamku lagi. Namun, toilet sangat sepi. Aku menajamkan pendengaran. Suara langkah kaki yang datang keluar masuk bisa lebih jelas lagi. Jadi aku tahu tidak ada yang membuntuti kepergianku. Usai melakukan urusan tidak bisa tertunda itu, aku segera mencuci tangan dan mengelapnya dengan handuk kertas di sisi wastafel.
Aku terperangah di depan cermin. Aku memang jarang berias di rumah. Aku selalu mengolesi krim dan pelembap di wajah secara asal tanpa bercermin sama sekali. Larangan dari sekolah sangat ketat soal riasan. Namun, wajahku cukup baik sehingga tidak perlu rias tebal seperti yang dilakukan beberapa anak. Sudah tidak terhitung berapa kali kotak riasan mereka kena sita. Percuma dandan dari rumah, tetapi di gerbang sekolah sudah disuguhkan make remover dan kapas untuk menghapus riasan. Cukup mengenakan pelembap yang tone cocok dengan warna kulit.
Walau mengenakan pelembap, tetapi cekungan dalam di mataku tercetak sempurna. Aku harus membeli krim mata untuk menutupi bulatan keunguan. Jika aku tidak perhatian pada wajah, bukankah nanti aku bakal menjadi panda?
Aku menepuk bagian mata, agar pembuluh darah mengalir lancar. Suasana masih riuh seperti biasa. Masih aman. Kulihat beberapa teman perundung Minji dari kelas lain sibuk dengan urusannya sendiri. Sangat aneh melihat mereka berhenti mendatangiku untuk bertingkah. Aku tidak akan keberatan berkelahi lagi kalau mereka mengganggu.
Jati diri yang baru membuatku sungguh-sungguh. Kalau mereka mengganggu, leher mereka jadi taruhan. Omong-omong soal teman, aku merindukan masa SD dan SMP. Itu masa terbaik karena teman-temanku sangat akrab. Namun, berada di sekolah dan kota yang sama, perubahan karakter terjadi begitu saja. Mereka memarjinalkan pola pikir mereka sendiri. Bertemu dalam bayang-bayang akun sosial daring palsu. Lupa bahwa kami pernah bertukar lauk pada siang melelahkan.
Semenjak aku diketahui menjadi Kang Hoojoo dan sering latihan dialog bersama Sunghoon, neraka dimulai. Domino kesialan silih ganti dilakukan orang yang berbeda. Mereka—tukang klaim nomor satu penggila Sunghoon—terus menerorku. Aku bersimpati pada pacar Sunghoon kelak. Dia harus tabah dan tangguh menghadapi cibiran dan siksaan yang dilakukan para pengecut itu.
Aku berharap ada satu orang yang mau berbagi dalam banyak aspek. Membicarakan keseharian dan mengobrol bebas. Namun, di SMA Cheong Ah ini terlalu dingin. Apakah lebih baik aku memancing masalah lalu dikeluarkan dari sekolah?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]
FanfictionYoo Yuri digigit vampir di sekolah dan mengalami proses anomali saat transformasi menjadi vampir. Kesialan Yuri sebagai korban perundungan semakin menjadi. Dia balas melawan pengganggu di sekolah dengan kekuatan anehnya. Siapa sangka bahwa di Distri...