Byeomgyu melompat di antara kami, menarik paksa gadis yang kerasukan. Aku terbatuk-batuk kehabisan oksigen. Jake masih terpana sambil mendekap erat sarung pedang.
"Kenapa kau biarkan dia, Bodoh!" amuk Byeomgyu. Dia menatap sarat khawatir ke arahku, seraya berjuang menahan pemberontakan Chensu. "Tuan Park baik-baik saja?" tanyanya.
Aku menyeringai bodoh, lantas menatap heran ketua vampir nomaden di belakang. Kedua vampir peminum darah hewan itu tidak dalam kondisi terikat oleh kami. Aku menelengkan kepala, menuntut jawaban ke Byeomgyu.
"Kenalan lama, Tuan." Byeomgyu menjawab pertanyaan yang sama sekali tidak kusuarakan, tetapi pemuda itu bisa menebak kepalaku. "Ini Kim Seokjin, Lee Sarang, dan yang ini Chensu, adik Seokjin," beber Byeomgyu, semakin kesulitan karena kaki Chensu menendang udara.
Seokjin mendekat. Tangannya membungkus kedua pipi Chensu penuh sayang. Tatapannya yang lembut disertai senyum hangat. "Kita baik-baik saja, tenanglah, hm?"
Chensu menggeram, kehilangan kesabaran. Dia menggelengkan kepala keras.
"Mereka orang baik," tunjuk Seokjin.
"Tapi kenapa mereka menculik yang lain, berusaha menangkapi kita?" tuntut Chensu.
"Karena memang seharusnya bersekutu."
"Aku tidak percaya mereka."
"Kau percaya padaku, Chensu?" pancing Seokjin.
Chensu hendak mendebat, tetapi ucapannya tertelan selagi ekspresi wajahnya aneh kala menatapku. Seakan dia memang ketakutan.
Aneh. Apakah vampir bisa mengidap Multiple Personality Disorder? Baru tadi dia tertawa mengejek, lalu menyerangku secara brutal dan kali ini ketakutan tidak jelas.
Wajah Chensu semakin ketakutan. Dia melelehkan air mata, tampak kesakitan. Namun, semua anggota Polaris tidak terpengaruh. Mungkin ini metode aktingnya setelah Seokjin setuju ikut dengan kami pergi ke camp. Seharusnya sejak awal aku membawa Beomgyu, mengejar ketua klannya. Otomatis anggota kelompoknya ikut serta. Bukan duel bodoh seperti ini. Aku merasa tolol. Bukankah dari duel ini aku bisa menemukan aroma yang tiga tahun kucari? Pantas saja dia tidak bisa terlacak. Baunya sudah tercampur dengan kambing.
"Siapa sebenarnya gadis gila ini?" Aku menatap galak Seokjin.
"Dia adikku."
"Kenapa dia menangis?"
"Tinjumu menyakitkan!" Chensu menyalak. Seokjin tersenyum kaku. Sikap mereka semakin mencurigakan. Ditambah Sarang yang mendengkus keras-keras.
Mereka jelas menyembunyikan sesuatu. Aku tidak berkomentar. Perhatianku teralihkan ke pedang di dekapan Jake. Chensu berhenti memberontak selagi Byeomgyu melepaskan borgol tangannya. Aku berdiri di depan, memimpin perjalanan menuju pinggiran desa. Begitu menemukan jalan, mobil minibus sudah siaga membawa rombongan ke Gangneung.
Aku duduk di depan, menatap kosong pemandangan yang berlari di belakang. Perspektif relatif membuat apapun yang kulihat berpindah tempat, berlari sukacita. Langit tampak sempurna tanpa awan, seakan ikut bahagia dengan penemuan besar ini. Akan tetapi, aku tidak berani menyuarakan isi pikiranku di dalan minibus yang melaju cepat. Bibirku terus berkedut, ingin tertawa bahagia. Masalahnya situasinya tidak tepat.
Tugasku sebagai ketua Polaris belum berakhir. Banyak vampir nomaden yang harus dibawa ke camp. Mereka masih berkeliaran di berbagai sudut hutan, gua dan pegunungan. Aku harus menangkapi semua tanpa terkecuali. Masalahnya, hanya gadis di jok tengah pemarah inilah yang menjadi kunciku. Dia alasanku bertahan.
Aku melirik ke belakang, mendapati semua vampir hanyut dalam pikirannya masing-masing. Chensu memainkan kepang rambutnya. Bibirnya terus mengerucut, tidak suka naik kendaraan beroda.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]
FanficYoo Yuri digigit vampir di sekolah dan mengalami proses anomali saat transformasi menjadi vampir. Kesialan Yuri sebagai korban perundungan semakin menjadi. Dia balas melawan pengganggu di sekolah dengan kekuatan anehnya. Siapa sangka bahwa di Distri...