[ii-03] Nomaden

502 135 16
                                    

Aku kembali menuju ke jalan seberang restoran Sundae 1979, tempat terakhir kali bertemu sebelum Yuri pergi. Dia memintaku membawanya ke suatu tempat dengan pandangan putus asa. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi tangannya penuh luka yang dia sembunyikan di baliknya. Rambut, wajah dan pakaiannya basah kuyup. Tangannya melingkar di pinggangku, membenamkan wajah kuyu pada dadaku.

Bukannya bersikap hangat, aku malah mendorong Yuri mundur. Lantas dia mengetahui payung klamufase punyaku. Matanya bergulir di tanganku, tertarik pada senjata untuk membunuh musuh. Aku khawatir dia takut padaku sebagai sosok pembunuh.

Lantas jeritan paling menyakitkan mengalihkan perhatianku. Aku membaui darah manusia beberapa blok di sana. Lantas kutinggalkan dia demi tugas utamaku sebagai pemburu vampir liar.

Gyeonghyui memiliki banyak peran. Mulai menyediakan darah donor, pendata vampir, pemburu kejahatan dan lainnya. Namun, semuanya terhubung sebagai kesatuan untuk melindungi orang-orang di bawah naungan istana Gyeonghyui yang dikepalai Ketua Park. Peranku adalah pemenggal kepala para pembangkang selain Woonyoung.

Gadis pecemburu itu sangat berbeda denganku. Aku selalu berhati-hati, menelusuri semua masalah sampai rinci. Lalu kuputuskan semuanya dengan matang-matang, sehingga ke depannya tidak terjadi masalah, terutama yang berkaitan dengan masalah balas dendam.

Memegang pedang keemasan yang terikat di sabuk pinggangku sangat berat. Aku memiliki banyak musuh di kalangan vampir. Namun, kuasa Ketua Park membuatku terlindungi sejauh ini. Yuri adalah titik lemahku. Mereka akan menyerangku tanpa ampun melaluinya, tetapi Yuri menjadi sumber kekuatanku. Aku bekerja lebih keras, melacak vampir paling misterius yang mengganggu Jongno.

Sangat aneh. Selama tiga tahun dia tidak tertangkap. Aku biasanya mudah menemukan pelaku yang menghisap darah manusia dengan serakah. Begitu pula Woonyoung. Kolaborasi kami tidak membuahkan hasil apapun selama tiga tahun. Rasanya, kamilah yang dipermainkan vampir gila itu. Hanya ada di distrik yang sama, tetapi tidak tertembus.

Bau sang vampir setiap melakukan perburuan selalu berubah. Kebimbangan melumat di antara aku dan Woonyoung. Barangkali bukan satu pelaku, melainkan sekelompok orang.

"Kita ke mana, Sunghoon-ah?" Jake menginterupsi lamunanku saat kami berjalan, menyusuri jalan setapak kecil.

Jake sudah berganti pakaian dengan cepat. Dia meminjam pakaianku yang paling bagus. Aku tidak punya waktu untuk menyesuaikan selera Jake, tetapi dia senang menyambut pakaian barunya. Kami berlari menuju Gangneung. Aku terpaksa mencuri kaos Yuri di kamarnya, memanjat jendela kamarnya dan aku dihantam rasa rindu.

Bukannya aku psikopat atau apa untuk mengambil pakaiannya. Namun, baju-baju Yuri sangatlah kental dengan bau tubuhnya. Aku hanya ingin memastikan baunya sama sebagai pembanding kalau aku menemukan sesuatu. Aroma itu meninjuku tanpa ampun. Dahaga, rindu, penyesalan dan emosi aneh lainnya membuat sesak yang meluap sampai ke mulutku. Aku menghela napas lirih.

Aku sangat ingin bertemu dengannya, memastikan bahwa dia hidup di suatu tempat.

"Molla (Tidak tahu)," jawabku cuek.

"Mwo? Sungguh kau tidak punya tujuan? Hei, Berengsek. Tunggu dulu. Kau pergi tanpa rencana?" Jake tercengang.

Aku tertarik menatap langit. Angin berembus dari belakang. Aku merasakan belaian zat yang bergerak tanpa kasat itu. Dingin sekali, tetapi indra penghiduku tidak menangkap apapun. Tidak ada aroma yang mirip bau tubuh Yuri.

"Woah. Kau memang berubah banyak, Park Sunghoon." Aku menyeringai selagi Jake tampak kagum.

"Enam tahun itu kau mimpi apa saja, Jake?" sindirku.

"Tidak ingat. Aku tidur nyenyak sekali. Serius. Kau itu selalu membuat rencana. Tapi ini, wow." Jake tidak melanjutkan kalimatnya. Dia tertawa, kemudian raut wajahnya kembali serius. "Kalau kau sangat menyukai gadis itu, pernahkah kalian membicarakan masa depan? Bagaimana dia hidup ke depannya, atau apa?"

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang