[32] KSATRIA GYEONGHYUI

452 129 3
                                    

Di sudut itu, semua tombak mengarah padaku. Hanya aku sendiri yang bisa melindungiku sendiri. Tameng apa yang harus aku punya jika tak punya apa-apa?

Aku belum berubah dan tidak ingin berubah. Aku ingin kembali ke masa bahagiaku di rumah.

— Yoo Yuri —


Lagi-lagi ingatan mengerikan itu muncul, menyeruak tanpa permisi tentang sepasang kaki telanjang warna biru. Kaki itu menghilang perlahan dari lorong gelap. Aku sakit kepala memikirkan dari mana kenangan itu berasal dan kapan persisnya terjadi. Aku terus memancing masalah pada Lee Sarang. Kerap menggodanya agar kami berkelahi satu sama lain. Aku tidak masalah, asal ada yang bisa membuat kepalaku sibuk dengan hal lain. Aku belum nyaman dengan pemilik kaki biru yang ternyata sudah menjadi mayat. Sudah tiga tahun semenjak aku menjadi vampir, diajarkan berburu hewan di hutan untuk bertahan hidup dan tidak boleh bertemu manusia.

Bersama Seokjin yang berhati hangat dan Sarang yang mudah naik darah, aku menyintasi semua hutan-hutan di Korea. Sesekali kami memasuki wilayah negara tetangga, tetapi kena deportase vampir asal. Payah sekali. Jumlah hewan di Korea tidak sebanyak itu, sehingga aku harus puasa seminggu membunuh kambing.

Awal terbangun, aku kehausan luar biasa, tetapi sekarang sudah bisa mengontrol diri untuk tidak membantai selusin kambing di peternakan milik manusia. Sarang marah-marah atas aksi brutalku dan aku kapok dilempari sekantong kotoran kambing olehnya. Sarang jadi mengawasiku lebih ketat, terutama jika sudah haus. Aku tidak boleh berburu sembarangan. Kami harus pergi bersama, semata agar aku tidak banyak tingkah dalam membantai hewan berkaki empat di mana pun kutemukan.

Kepribadian Seokjin dan Sarang terlalu bertolak belakang. Seokjin tipikal yang tenang, penuh kasih sayang dan perhatian, sementara Sarang meledak-ledak. Mulutnya mirip kran bocor. Kerap marah-marah, terutama karena perangai burukku. Sarang cerewet, tukang mengatur dan aku kerap mengacuhkannya.

Aku masih sulit mengendalikan diri. Kakiku selalu menuntunku pergi ke mana pun yang kuinginkan. Selalu berkeliaran sendirian. Aku sering melihat peralihan waktu di puncak gunung atau tempat-tempat yang lebih tinggi. Ah ya, waktu yang paling kusukai adalah kala matahari terbenam. Cahaya hangat itu menyelimutiku dengan ketenangan, selagi pasangan itu memadu kasih. Lalu kala aku hilang, pertengkaran di antara pasangan terjadi karena perhatian Seokjin selalu mengarah padaku.

Entahlah. Seokjin agak posesif padaku. Aku tidak boleh terlalu jauh dari pandangannya, atau dia akan mengabaikan Sarang sepenuhnya semata mencariku berhari-hari. Lebih seringnya, Seokjin menggila dalam kepanikan. Biasanya aku suka berkeliaran jika mati kebosanan menunggu diizinkan berburu oleh Sarang. Ekspresi Seokjin saat menemukanku selalu lucu. Emosinya pasti campur aduk dan aku menertawakan tingkahnya. Seokjin kira aku terjun di jurang, menghancurkan tubuhku sendiri. Padahal aku mati kebosanan menunggu diizinkan berburu oleh Sarang, dalam posisi sedang bergelantungan di pohon seperti monyet. Seokjin tidak akan berkomentar. Bibir bawahnya makin tipis gara-gara terlipat di bawah bibir atasnya. Tertipu oleh kecemasannya sendiri.

Sebagai gantinya, Sarang menerjang perut, kaki dan tanganku karena gemas mengacaukan kencan mereka. Aku memang adik Seokjin yang senang berbuat kekacauan.

Kembali ke ingatan aneh itu. Aku menggosok kepalaku, berusaha mengikis kenangan buruk. Sudah belasan bulan aku tidak diserang kenangan mengerikan itu. Tiba-tiba muncul begitu saja. Seharusnya aku menjaga kepalaku dari benturan.

Semua gara-gara vampir sombong yang suka menghinaku seenaknya. Aku tahu perselisihan antara para vampir. Teknisnya kami memang sama. Suka darah, tapi beda cara minumnya. Karena itu pula pola pikir kami berbeda. Kami menghargai kehidupan manusia karena mereka pantas hidup. Sedangkan hewan adalah rantai makanan. Mereka cuma punya otak, tapi tidak punya akal. Para vampir peminum darah manusia itu kebanyakan menetap di area perkotaan. Sering kali menghina kami munafik.

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang