Cahaya yang menyeruak dari matahari membuat mataku pedih bukan main. Aku segera melindungi mataku, lantas mengerjabkan dengan bodoh. Di hutan yang tenang, sendirian dan menguras energi dengan banyak berjalan tentunya membuatku kembali kacau. Aku tersadar posisiku yang jauh dari rumah.
Tidak ada koneksi. Aku tersesat di jalan setapak hutan. Pepohonan sebagian menguning kecokelatan. Musim gugur menggigit di bulan kesebelas. Aku berputar dua kali, mencari arah mana aku melangkah sebelumnya. Aku ingin pulang berkat haus yang menguasai tenggorokanku.
Aku duduk berlutut, tidak kuat menahan cahaya yang terlalu kuat. Tidak ada proteksi. Panas di tenggorokan memicu kepanikan luar biasa. Akankah aku bakal menjadi abu?
Tidak. Kurasa aku hanya kelelahan. Aku berjalan membelakangi matahari. Di bawah naungan pohon besar yang tidak kukenal namanya, aku duduk berselonjor. Napasku makin terengah-engah. Kulihat ribuan semut menggelayuti dua mataku, kemudian gelap menyeretku jatuh tenggelam dalam bumi.
Aku pingsan!
"Lari, Yuri. Lari!"
Kepalaku terjuntai ke bawah. Dunia gelap membuatku pusing. Kepalaku terayun-ayun dengan ringan. Lantas kudengar percakapan dua orang. Satu suara serak dewasa, sementara sisanya keibuan. Terlihat mereka seperti pasangan yang bertengkar.
Mataku masih berat. Aku tidak bisa mengangkat sedikit pun kelopak mataku. Padahal sebagian tubuhku merasakan angin menyebar ke segala arah. Kegelapan yang tidak nyaman karena aku tidak bisa melihat apapun.
"Bahkan hewan tahu ada penyusup," keluh si wanita.
"Ya, bersabarlah. Kita akan mendapatkannya."
"Tidak. Kita tidak akan mendapatkan apapun selain celaka. Sudah buruk kita berkeliaran di sini. Jangan sampai tertangkap, tapi kau mengurus anak tidak dikenal. Kita jadikan dia umpan saja,"
Aku ingin kabur. Bahkan di mimpi sekali pun, aku harus kabur. Mulutku terkunci. Padahal aku ingin berteriak kencang.
"Ini salah. Bisa saja dia pengganti Chen Su."
Suara berat itu penuh kasih sekaligus kehilangan. Tampaknya mereka sangat dekat. Mendengar suara rendah itu, Chen Su pasti tidak ada di sisinya. Apalagi aku diungkit sebagai penggantinya.
"Tidak."
"Dengarkan aku. Dia berkeliaran tanpa alasan."
"Vampir ini bisa saja mata-mata."
"Bisa pula tidak. Lihatlah dia kelaparan."
"Dia akan membantai seisi Hadong."
"Tidak kalau kita membantunya dengan alternatif lain. Akan kita ajari berburu yang lain."
"Sudah cukup, Seokjin-ssi!"
"Sayang, jika vampir buas seperti yang dibicarakan orang Gyeonghyui itu benar, tentu saja dia pelakunya. Namun, vampir muda ini berkeliaran tanpa tujuan. Salahkah jika kita memberinya makan?"
"Tidak ada darah buat kita. Dan kau mau menyerahkan begitu saja. Lalu kita minum apa? Sudah posisi kita terjepit sebagai vampir tidak beridentitas, tanpa perlindungan, dan kau mau sok baik menolong anak yang tidak jelas asal-usulnya?"
"Aku percaya anak ini."
Hening sekali kecuali suara kepalaku terayun-ayun. Angin berdesir. Selintas aku membaui sesuatu yang dingin dan basah. Suara burung berkicau menjadi harmoni yang selaras bersama semilir angin. Tampaknya aku diletakkan di sebuah tempat yang datar. Aroma tempat baru terlalu menyengat, busuk dan sesuatu yang berkepak terus melewatiku.
Berjam-jam aku terkapar dalam kegelapan, ingin mencari tahu dari mana percakapan ini. Namun, aku sudah kehilangan banyak energi. Selama itu pula, semilir angin membuaiku dalam waktu yang lama. Cahaya berangsur penuh warna, lalu menggelap lagi. Sesekali percakapan kecil penuh perdebatan terdengar. Seokjin terus mengungkit Chen Su. Pasangannya kontan marah lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/245513737-288-k587332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]
FanficYoo Yuri digigit vampir di sekolah dan mengalami proses anomali saat transformasi menjadi vampir. Kesialan Yuri sebagai korban perundungan semakin menjadi. Dia balas melawan pengganggu di sekolah dengan kekuatan anehnya. Siapa sangka bahwa di Distri...