[30] GARIS

513 152 17
                                    

Votenya, Bozque! Klean gak lupa klik bintang, kan?

Oke jika syuzah, gaskeun bacha.... cha cha cha.....

(heleh lu ngalay g cocox, Thor! Emang jablay. Jleb jleb jleb!"

Happy reading :)

*****

Ketiga vampir memutuskan untuk membiarkan mayat korban itu ditemukan manusia dengan sendirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga vampir memutuskan untuk membiarkan mayat korban itu ditemukan manusia dengan sendirinya. Mereka terpaksa melakukan demi menghindari terungkapnya mayat biru baru yang diekspos ke masyarakat luas. Terlalu riskan jika banyak yang tahu tentang mayat itu. Mereka, tiga detektif vampir kriminal—istilah keren yang bisa kujuluki—meloncat dari jendela untuk melacak pelaku setelah aku mengatakan siapa yang menabrakku tadi.

Sunghoon membungkuk dan mengambil mantel hujannya, lalu menarik lenganku untuk keluar dari apartemen milik korban. Kami harus meninggalkan tempat tanpa jejak apapun. Tetes hujan yang jatuh saat kami semua lewat tidak akan dianggap petunjuk. Mayatnya akan ditemukan dalam dua hari mendatang, artinya tetes hujan akan mengering dengan sendirinya esok pagi.

Mata Sunghoon yang jeli berhasil menemukan lokasi CCTV di seluruh gedung. Sunghoon memastikan kami tidak tertangkap kamera.

"Seharusnya kau tidak melihat hal ini jika tetap di rumah, Yoo Yuri." Sunghoon bergumam. Omelannya terus menancap relung jiwaku. Di sisi jalan raya, akhirnya dia melepas tanganku.

Aku baru sadar sejak tadi Sunghoon belum melepas sarung tangannya. Kontan aku memekik ngeri karena tanganku terkontaminasi dengan mayat. Oh, ya ampun. Aku ketakutan. Aku ingin membasuh seluruh tubuhku dengan hujan, tetapi hujannya sudah reda.

"Sarung tanganmu!" Aku berteriak setengah marah dan panik.

"Itu tidak penting. Sekarang kau harus pulang!" jawab Sunghoon. Tatapannya masih mengunciku.

Aku hanyut dalam tatapan merah, tanpa energi dan dia jelas kelaparan. Dalam semalam, Sunghoon berkeliaran mencari jejak vampir itu.

"Aku tidak mau pulang. Jelaskan padaku, apa itu tadi?" Aku keras kepala, masih mengajaknya debat untuk mencari tahu apapun soal penyelidikan tadi.

Aku tidak tahu detail mengenai dunia vampir. Namun, aku berhak mendapat informasi segamblang mungkin. Sunghoon berkewajiban memberikan informasi itu, agar aku waspada.

"Kalau bukan karena kau, seharusnya aku sudah memenggal bedebah onar itu. Kau membuat pekerjaanku semakin banyak karena baunya yang mirip. Kalau bukan karena aku, sudah pasti kau dipenggal. Mereka bukan sosok yang gampang untuk mendengar pembelaan diri. Sekali dicurigai, lehermu ditebas." Sunghoon memijat pelipisnya pening, bukan pusing sungguhan, tetapi sudah kebiasaan meniru gerakan manusia.

"Kalau begitu jelaskan padaku, persisnya. Kenapa aku harus terseret dari sini. Kenapa kau menggigitku, dan kenapa aku selalu diremehkan karena aku ciptaanmu? Para vampir tadi, juga pegawai sensus kevampiran kemarin, kenapa tatapan mereka seperti itu?"

✔ 𝘾𝙝𝙤𝙤𝙨𝙚 𝙤𝙧 𝘾𝙝𝙤𝙨𝙚𝙣 [PARK SUNGHOON ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang