Siang ini tampak begitu terik dengan awan yang tak ingin menutupi sinar matahari yang menyengat di atas kepalanya.
Killa mengerutkan keningnya mencoba menghalau panas yang masuk ke matanya.
Ayahnya mengajak untuk memancing, tentu Killa tak sendiri ikut ayahnya. Tapi ada Dimas juga yang sedari tadi sibuk memotret beberapa burung yang berada di ranting pohon di sekitar danau.
Walau panas terik seperti ini, udara tampak tak segersang itu. Karna danau yang di kelilingi hutan membuat udara cukup sejuk. Tadi saat awal mereka datang, mereka masih di lindungi oleh bayangan pohon yang tak jauh dari mereka. Namun makin siang malah main menjauh bayangan itu.
"Ayah.. ini kapan dapetnya." Demi apapun Killa bosan. Walau tak hanya mereka di sini yang datang untuk memancing tapi Killa tetap bosan, semuanya tengah melakukan hal yang sama dengan ayahnya. Diam sambil menatap danau yang tenang. Bahkan Killa menyangka tak ada ikan di sana. Karna sedari tadi ayahnya tak dapat apapun.
"Sabar killa. Kalau begini kamu ga akan dapet." Ucap ayahnya santai. Killa bersender di bahu sang ayah lemas. Ia menatap sekitar mencari dimana Dimas yang sedari tadi memfoto burung dan apa pun yang bisa ia foto.
"Ayah, Dimas mana?" Tanyanya pada laki laki paruh baya itu.
"Coba kamu cari Killa." Killa merengut kesal, ayahnya kalo sedang seperti ini memang tak bisa di ganggu gugat.
Killa pun pergi mencoba mencari dimana Dimas. Ada beberapa anak kecil yang tengah bermain di tepi danau. Cukup menyeramkan takut takut mereka kejebur tiba tiba.
Dimana Dimas??
Killa mengerutkan keningnya saat melihat laki laki itu tengah berjongkok.
"Dimas lagi apa?" Tanya Killa yang langsung memposisikan tubuhnya di sebelah Dimas. Laki laki itu melirik Killa sebentar dan lanjut mengelusi sebuah kucing kecil.
"Kucing nya tersesat." Lirih Dimas sambil mengelus kucing berwarna Oren itu lembut. Aya tersenyum.
"Kalo gitu kita cari induknya yuk." Ucap Killa dengan senyum. Entahlah moodnya kembali saat melihat Dimas.
Laki laki itu menatap kucing kecil itu dengan Aya bergantian.
"illa mau bantuin?" Killa mengangguk dan mengambil dengan lembut anak kucing itu. Memeluknya lembut, Dimas menatap Killa lekat. Namun terlihat semburat pink di pipi laki laki itu.
Mereka pun berjalan menyelusuri jalanan hingga parkir mencari induk kucing itu.
"Kak, itu mama kucing ituu." Tunjuk bocah kecil yang entah sejak kapan mengikuti mereka mencari induk kucing ini. Seperti nya dimas lah yang mengajak anak kecil itu untuk membantu mereka mencari induk kucingnya.
Killa tersenyum ia meletakkan anak kecil kucing itu untuk agar mereka kembali bersama.
"Makasih ya dek udah bantuin." Bocah itu mengangguk kecil mereka pun bertos ria. Dimas tersenyum lebar. Senyum lebar yang bagi Aya pertama kali ia lihat dari Dimas.
Laki laki itu mengarahkan lensa kameranya menuju kedua kucing itu yang saling menjilat menyalurkan kasih sayang.
"Sayang." Ucap Dimas tiba tiba.
Killa menatap laki laki itu dengan pandangan bingung sedangkan Dimas Masih tersenyum melihat kdua kucing itu.
"Sayang.. mereka saling sayang kan Illa? Jadi mereka ga saling ninggalin?" Killa terkejut. Ia kembali menatap kedua kucing itu.
"Induk kucing bakal ngelepasin anaknya waktu udah bisa mandiri." Dimas terdiam. Matanya menatap Killa dengan tatapan takut. Iya tatapan itu jelas Killa lihat. Ada sirat ketakutan yang begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Autisme Husband|| Doyoung
Teen FictionJudul sebelumnya : miracle|| Doyoung **** Fiksi belaka ## Jika ada suka maka ada duka, ada kesenangan maka ada kesedihan. Namun jika ada kekurangan, tidak ada kesempurnaan. Ya karna di dunia ini tidak ada yang sempurna. ## "Killa, kamu menikah yah...