d e l a p a n

1.5K 157 10
                                    

Maaf jika ada salah kata atau typo huruf yaa

###

Killa memilin jari tangan nya yang entah mengapa tiba tiba mendingin. Melirik satu sosok yang saat ini tengah menunduk menghafal sesuatu. Namun senyum wanita paruh baya itu membuat hatinya menenang.

Mama Winda tampak tersenyum bahagia, menyambut teman teman akrabnya yang memberikan semangat juga selamat.

Wanita itu tampak semangat seperti tak terjadi apa apa pada dirinya. Padahal Killa yakin tubuh itu tengah berjuang mati matian.

Ayah Killa menggenggam tangan gadis itu lembut. Tersenyum menenangkan, namun tampak jelas di wajah ayahnya yang sama gugupnya.

"Ayah gugup?" Tanya Killa. Laki laki paruh baya itu hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tapi kayanya ada yang lebih gugup." Ayah Killa menatap laki laki yang tengah menghafal ijab Kabul dengan sesekali mengacak rambutnya saat beberapa kali ia berucap salah.

"Ayah sebenarnya ga siap ngelepas kamu." Di elusnya kepala Killa lembut. Entah mengapa membuat tiba tiba air matanya seakan ingin keluar.

Ayah Killa termasuk orang yang jarang memuji, memeluk, bahkan mencium anaknya sendiri. Tapi, sekalinya melakukan itu entah mengapa suasana seakan berubah.

"Ayah harap, Dimas bisa menjaga kamu. Buat pengganti ayah." Di ciumnya kepala sang anak. Killa menunduk mencoba menahan tangisnya. Ijab Kabul belum terjadi, tapi entah mengapa suasana tiba tiba sedih seperti ini.

"Sudah siap?" Suara penghulu tampak mengalihkan atensi beberapa orang termasuk ayah Killa juga Killa itu sendiri.

Ayah Killa berdiri dan merapihkan bajunya di bantu sang mama yang datang dengan sigap. Killa mengambil ponselnya untuk sekedar mengaca dan melihat apa make up juga rambutnya acak acakan?

Killa mengunakan baju gaun putih sederhana dengan rambut yang hanya ia Gelung simple namun elegan. Make up nya tak terlalu menor namun mampu mempercantik nya.

Gadis itu benar benar cantik, sampai sampai beberapa orang meliriknya saat berjalan menuju ruang rawat inap mama Winda.

Di sebelah bangsal mama Winda tersedia meja kecil dengan karpet di bawahnya. Killa di panggil untuk mendekat, Dimas sudah dalam posisi duduk dengan kaki bersilang. Wajahnya tampak tegang. jujur, Killa jika tak bisa menahan tawanya, Mungkin suara tawa itu mampu keluar sampai ke depan ruang rawat. Wajah Dimas menggemaskan juga tampan di saat bersamaan.

Badannya tegap tangan nya ia kepalkan.

Di seberang nya ada ayahnya juga pak penghulu.

Killa tak tau, kejadian ini seolah bak Slow motion di kepalanya. Seakan kepala itu mencoba merekam semua momen ini. Momen yang akan sekali seumur hidup terlaksana. Killa berharap ini akan menjadi sekali seumur hidupnya.

Saat kata sah terucap di situlah Killa akan menerima semua yang ada di dalam Dimas juga Dimas akan menerima semuanya dari Killa. Killa tak perduli bagaimana Dimas, dan keadaan nya. Janjinya pada mama Winda sudah ia tanam dalam hati. Apapun yang terjadi. Killa tak akan melepaskan laki laki itu. Juga sebaliknya.

Kain putih melampir di atas kepala kedua calon suami istri itu. Dimas tampak tampan dengan peci yang bunda Killa pakaikan tadi. Dan laki laki itu tak menolak sedikitpun walaupun kepalanya tak bisa ia garuk lagi.

"Tenang ya nak Dimas." Ucap ayah Killa saat melihat nafas Dimas tampak cepat.

Killa tersenyum manis menatap pria itu yang sedari tadi meliriknya diam diam. Waktu awal Killa datang, laki laki itu tak berani menatapnya entah karna apa.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang