Yolla tampak menggigit jari kukunya gugup.
Yolla tak yakin bisa membawa Dimas ke Singapura jika keadaan nya berbalik seperti ini.
Semenjak ada Killa, Dimas tampak sangat berubah dari sebelumnya ia tinggalkan.
Tangan itu berbalik mengacak rambutnya dengan kasar.
Jika seperti ini, maka rencananya terancam gagal.
"Sial!" Kesalnya.
Matanya menatap layar ponsel di hadapannya yang memperlihatkan satu orang dengan kacamata hitam yang tampak tengah melambai di kamera dengan beberapa flash yang tampak di layar ponselnya.
Ia tau sekali siapa seseorang itu. Dan dalam berita itu ia tampak tengah tersenyum menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan dengan bisnis barunya.
Yolla mematikan ponselnya kembali.
Waktunya tak banyak, ia harus menyusun rencana. Jika Killa menghalangi nya, ia akan merencanakan sesuatu yang tentu berkaitan dengan Killa juga.
"Injak serangga itu hingga mati."
***
Killa tampak mengerutkan keningnya bingung saat melihat Dimas makan dengan tenang di hadapannya.
Melirik sekitar laki laki itu yang tak terlihat benda hitam yang selalu ia pegang. Iya Dimas memakan makanannya dengan cukup fokus hanya menatap pada makanan. Tampa kamera yang selalu ia pegang.
Saat ini Dimas dan Killa sedang sarapan. Mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen Killa karna dirasa terlalu jauh jika harus pulang pergi dari rumah mama Winda.
Dan rumah besar milik mama Winda secara resmi di jadikan yayasan yatim piatu oleh keluarga dan di setujui oleh Dimas.
Beberapa pekerja yang sebelumnya bekerja dengan mama Winda sebagian ada yang memutuskan untuk berhenti dan sebagian memutuskan untuk tetap mengurus rumah besar itu, walaupun sebagai yayasan panti asuhan.
Beberapa barang mama Winda ada yang di titipkan pada nya, dan Killa tentu tak keberatan.
Killa jadi teringat dengan buku yang pernah ia dapatkan di kamar mama Winda.
Namun kembali lagi pada Dimas. Laki laki itu tampak sedikit aneh.
"Killa ga makan?" Suara Dimas memecahkan keheningan yang sedari tadi terjadi.
"Makan, tapi nanti." Mendengar itu laki laki itupun melanjutkan makannya.
Sebenarnya Killa ingin sekali membuka bahasan tentang kepergian nya ke Singapura.
Apa Dimas masih bersikeras? Atau justru laki laki itu memilih di sini bersamanya?
"Dimas mau pergi kalo killa ikut." Dimas tampak meletakkan sendoknya. Laki laki itu menatap Killa yang terlihat sedikit terkejut dengan ucapan Dimas.
Kok Dimas kaya cenayang. Pikir Killa.
"Dimas mau pergi ke Singapura?" Dimas mengangguk tampak setuju dengan ucapan Killa.
"Tapi kalo sama Killa." Senyum tipis menjalar ke bibir Killa. Sebelumnya bahkan Dimas tampak tak meliriknya sedikitpun.
Namun karna kecemburuan Dimas, laki laki itu menjadi tak ingin melepaskan Killa sendiri.
"Dimas ga suka cowo kemarin."
Killa terkekeh kecil.
"Dimas ngajak killa karna takut Killa di ambil sama cowo kemarin?" Tanya Killa sedikit menggoda suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Autisme Husband|| Doyoung
Teen FictionJudul sebelumnya : miracle|| Doyoung **** Fiksi belaka ## Jika ada suka maka ada duka, ada kesenangan maka ada kesedihan. Namun jika ada kekurangan, tidak ada kesempurnaan. Ya karna di dunia ini tidak ada yang sempurna. ## "Killa, kamu menikah yah...