s e b e l a s

1.4K 132 4
                                    

Happy reading

Maaf kalo chp ini kurang memuaskan.. aku bakal lebih berusaha lagi buat ngembangin cerita nya

∆∆∆∆

Killa datang dengan cepat. Tangannya mengetuk pintu rumah besar itu dengan tak sabaran.

Perempatan paruh baya datang dengan wajah yang jelas tercetak khawatir.

"Eh mba Killa." Killa mengangguk kecil.

Ia menyelipkan rambutnya di belakang telinganya sebentar sebelum berbicara pada mba Ani asisten rumah tangga mama Winda.

"Dimas nya di dalem?" Mba Ani tampak menggeleng. Tangan mba Ani tampak ia genggam satu sama lain.

"Ngga mba, den Dimas ngga ke sini. Saya juga khawatir soalnya tadi sempet telepon tanyain tas kameranya.saya lupa masukin ke koper." Mba Ani memukul kepalanya kuat. Killa menahan tangan itu. "Saya yang salah.." mba Ani menangis.

Killa menghela nafas.

"Terus udah ada yang cari?" Mba Ani mengangguk.

"Sudah mba. Ada beberapa yang lagi cari. Tapi belum ada kabar." Killa pun mengangguk.

"Kalo gitu saya juga mau ikut nyari." Killa sudah berjalan beberapa langkah, namun tubuhnya berhenti karna mba Ani yang memanggil nya.

Wanita paruh baya itu mengunci pintu rumah besar itu.

"Saya ikut." Wajah mba Ani tampak yakin. Killa mengangguk, jika ia menolak sudah pasti akan terjadi perdebatan. Dan itu akan memakan waktu.

###

Dimas membuka matanya pelan.

Ia tak lagi berada di taman. Namun ia berada di sebuah rumah. Ia tengah tertidur di lantai rumah itu. Dimas bangun. Sambil memegang perut dan kepalanya yang sakit.

"Oh udah bangun?" Dimas menatap seseorang itu dengan tatapan waspada. Tubuhnya ia dudukan paksa ingin berdiri.

"Ehh jangan berdiri dulu. Pasti masih sakit kan?" Ucapnya lembut.

Seorang wanita dengan senyum manis itu berbicara lembut padanya. Dimas yang melihat senyum manis itu pun kembali mendudukkan tubuhnya.

"Saya anna. Jangan takut, saya ga jahat kok." Dimas hanya diam. Ia meraba dadanya di mana kameranya biasa berada.

Namun tak ada.

Laki laki itu panik. Ia menggaruk kepalanya kuat. Mencari cari kamera nya itu beserta ponselnya.

Ana yang melihat itu tampak heran.

"Kenapa? Ada yang hilang?" Dimas diam. Ia berdiri mencoba mencari kamera nya itu di manapun. Bahkan tak segan juga ia membuka lemari sampai mengacak-acak baju.

"Ehh mas, cari apa??"

Anna juga ikut panik, bayangkan saja, seseorang yang tak di kenal yang memang tak sengaja ia dapatkan tergeletak di taman dan berniat ia selamatkan malah mengacak rumah mu tanpa izin.

"Mas.."

"Kamera.. mama.. kamera.. ga adaa. Kamera ga adaa." Ana terdiam. Ia paham dan baru menyadari. Laki laki di depannya ini seseorang dengan gangguan.

Ana pun melembutkan wajahnya. Ia tersenyum.

"Kamera mas ga ada di sini. Bentar ya saya cari." Dimas langsung paham. Ia memberhentikan acakan nya dan kembali duduk.

Tangannya tak berhenti menggaruk kepalanya kuat. Anna menahannya.

"Bentar yaa saya cari." Dimas mengangguk kecil.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang