22

1K 127 9
                                    

"NGAPAIN LO DI SITU???!!" Dirga memegang dadanya yang hampir saja jatuh ke kaki.

Dimas menunduk dengan tangan menutup rapat telinganya. Bibirnya menggumamkan satu nama yang selalu ia ingat saat ini.

Orang orang menatapnya aneh. Bahkan beberapa mobil mengkalson nya lebih keras membuat Dimas bergetar takut. Kakinya tak mau pergi dari sana. Ia hanya berputar putar melihat orang orang yang seakan mencemooh nya.

Dirga berdecak. Bukannya membantu mereka justru menatap Dimas dengan pandanga heran, bahkan ada yang memvideonya.

Mobil Dirga berada di barisan ke 3 mobil yang hampir menabrak Dimas. Bersyukur tak terjadi kecelakaan beruntun karna Dimas yang tiba tiba berjalan ke tengah jalan seakan menghadang.

Dirga menuruni mobilnya. Ia tak perduli tak memakai topi dan maskernya, yang ia inginkan hanya menolong Dimas yang saat ini tengah bergetar takut.

"Ini gue.. ga usah takut ya.. yuk.." Dimas menahan kakinya tak mau berjalan saat Dirga menariknya.

Orang orang makin bersorak saat melihat Dirga yang notabene nya artis yang cukup terkenal di berbagai negara hadir di tengah tengah itu dan menenangkan Dimas yang saat ini tengah panik.

Dimas tak ingin bergerak.

Dirga yang paham jika Dimas tak ingin pergi sebelum Killa lah yang membujuknya, pun mencoba memutar otaknya.

Masalahnya, Killa sedari tadi memang tak dapat di hubungi. Tak hanya Dimas yang khawatir, ia juga tengah khawatir. Apalagi gadis itu yang katanya tengah pusing dan tak enak badan.

Ia sempat menelepon Gina, yang katanya Killa sedang di rumah sakit ibu Dimas.

"Kita ketemu Killa yuk." Bujuknya tetap lembut. Walau hatinya ingin sekali memaki orang orang di sana yang memilih memfoto dan memvideonya. Bahkan tawa tawa terdengar saat Dimas menangis sambil memukul kepalanya kuat.

Seorang gadis datang.

"Pak di bawa ke tepi dulu kali ya." Bisik nya pada Dirga.

Dirga meliriknya. Dari pakaian ia seperti pakaian perawat walaupun tertutup jaket yang menutupi atasan nya.

Dirga mengangguk. Mau tak mau ia memaksakan Dimas untuk berjalan menuju tepi.

Jika keadaan seperti ini. Dimas tak bisa di ajak bicara. Ia akan panik hingga ia kelelahan.

"Kak.. bisa denger ga?? Kak?? Atur nafas nya yaa." Gadis itu berucap begitu lembut. Hingga membuat Dirga saja yang tengah ingin emosi tenang seketika. Gadis itu mengelus bahu Dimas lembut dengan sesekali menepuknya ingin membuat Dimas fokus kembali. Walaupun Dimas tampak tak tertarik dengan orang orang.

Ia menatap takut beberapa orang yang mengelilingi nya. Bahkan ada polisi yang menatap mereka.

Dirga kesal. Lagi lagi emosi nya meningkat.

"Lo semua bisa kasih jarak ga!!" Teriaknya kesal.

Bukannya apa, ia juga pengap dengan banyaknya orang yang mengelilinginya. Bahkan jalanan begitu macet.

Dirga menggaruk kepalanya.

"Mba bisa ikut saya ga? Saya harus bawa dia ke istrinya." Dimas sudah lumayan tenang. Namun itu tak menjamin ia akan tetap tenang.

Akan bahaya jika Dimas di diamkan tanpa mengawasan. Dari keterangan Killa. Dimas tipe orang yang menyakiti dirinya dari pada berteriak. Itu cukup membahayakan. Apa lagi pukulan di kepalanya cukup kuat, walaupun ia lakukan ke diri sendiri, tapi Dirga juga patut waswas.

"Tapi saya harus ke rumah sakit mas." Dirga berdecak.

"Nanti saya antar." Mau tak mau perawat itu mengangguk. Ia membawa Dimas dengan pelan. Walau masih dalam keadaan bergetar namun Dimas sudah mulai tenang.

My Autisme Husband|| DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang